KLB Hepatitis A di Pacitan, Korban Nyaris Seribu Orang

Metrobatam, Surabaya – Jumlah penderita Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, nyaris mencapai seribu orang. Data mutakhir Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur, Senin (1/7), jumlah korban bahkan menyentuh angka 975 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Kohar Hari Santoso mengatakan jumlah itu bertambah sejak pada 27 Juni lalu terdata ada 824 orang, lalu 29 Juni naik menjadi 924 orang, kemudian 30 Juni terus naik menjadi 957 orang.

Jumlah tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di Pacitan, yakni di Sudimoro dengan 527 orang, Ngadirojo 176 orang, Sukorejo 82 orang, Tulakan 69 orang, Wonokarto 54 orang, Arjosari 33 orang, Bubakan 25 orang, Tegalombo 5 orang dan Ketrowonojoyo 4 orang.

“Artinya peningkatannya mulai melandai. Mudah-mudahan betul di lapangan jumlah orang yang sakit hepatitis A di Pacitan tidak semakin bertambah,” ujar Kohar di Kantor Dinkes Jatim.

Bacaan Lainnya

Untuk menekan angka penularan hepatitis A ini, Kohar pun menginstruksikan jajarannya segera melakukan penelitian epidemologi, untuk menghentikan penyebaran lebih banyak lagi.

“Kemudian mensosialisasikan ke masyarakat terutama tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), mereka buang air besar, cuci tangan, air minumnya. Kemudian bagaimana makanan tidak terkontaminasi dan masyarakat tidak membuang sampah sembarangan,” kata Kohar.

Kohar berharap pihaknya bisa mencegah angka penularan hepatitis A dalam kurun waktu dua minggu ini. Dinkes juga akan berusaha maksimal untuk menyembuhkan pasien yang telah tertular atau menderita wabah ini.

“Mudah-mudahan dalam kurung dua minggu ini sudah bisa kita selesaikan sambil kita pantau terus. Kita harapkan bahwa tidak ada sama sekali penambahan jumlah pasien,” ungkap Kohar.

Wabah hepatitis A di Pacitan ini, kata Kohar, sudah terjadi sejak bulan puasa Ramadan lalu. Penularan itu terjadi melalui buah-buahan yang diduga terkontaminasi oleh orang yang sudah menderita sakit tersebut.

“Bulan puasa kita biasa memakan segar-segar macamnya blewah dan sebagainya rupanya, ada yang terkontaminasi tapi setelah itu mulai dari penyebaran yang lebih luas dari seseorang yang sakit tadi sehingga bisa menyebar,” kata Kohar. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *