Kompolnas: Masyarakat Harus Dukung Langkah Pemerintah Berantas Terorisme

Metrobatam, Jakarta – Dalam beberapa hari terakhir, marak aksi terorisme di Indonesia. Bermula dari kerusuhan napi terorisme di Mako Brimob, pengeboman 3 gereja dan Mapolrestabes Surabaya, hingga penyerangan Mapolda Riau.

Terkait hal itu, Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti menjelaskan, untuk mengatisipas terorisme, seluruh pihak harus mencegah dan membasmi adanya sel-sel teroris yang tengah hidup. Masyarakat pun harus mendukung pemerintah dalam memberantas terorisme.

“Masyarakat harus mendukung langkah-langkah pemerintah untuk mencegah dan memberantas terorisme,” tutur Poengky kepada Okezone, Jumat (18/5).

Menurutnya, adanya gerakan terorisme muncul dari radikalisme. Ia melanjutkan, radikalisme muncul dikarenakan adanya sifat-sifat inteloransi.

Bacaan Lainnya

“Oleh karena itu untuk dapat mencegahnya perlu mengembangkan sifat toleran dan menghargai keberagaman (pluralis),” paparnya.

Selain itu, Poengky berharap kepada seluruh elite politik untuk tidak mempolitisasi isu teroris tersebut. Hal tersebut lantaran masih terdapat beberapa pihak yang menyatakan adanya serang teroris ini merupakan cara pengalihan isu.

“Masih ada yang menyatakan ini pengalihan isu, ini skenario pemerintah, dan sebagainya. Ini yang justru membingungkan masyarakat dan malah memberikan dukungan kepada kelompok teroris,” pungkas dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyetujui pengaktifkan kembali Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab) TNI yang bertugas untuk membantu Polri memberantas tindak pidana terorisme. Dalam pelaksanaan tugasnya, Koppsusgab TNI dipimpin Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, berkoordinasi dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

Teroris Manfaatkan Media Sosial

Poengky menyebutkan, pergerakan terorisme di Indonesia sekarang lebih dipermudah dengan adanya perkembangan zaman. Para pelaku teror saat ini mudah menyebarkan pengaruhnya melalui media sosial.

“Jika dibandingkan dengan aksi-aksi teroris tahun 2000-an, maka teroris pada masa sekarang lebih dipermudah menyebarkan pengaruhnya melalui media sosial,” kata Poengky.

Poengky melanjutkan, dahulu, para teroris bila ingin memperdalam ilmu jihadnya harus belajar ke luar negeri seperti Afghanistan. Namun, menurutnya, sekarang jaringan teroris lebih banyak memanfaatkan media sosial untuk belajar merakit bom.

“Nah, teroris pada masa sekarang bisa dengan mudah belajar dari media sosial, misalnya bagaimana cara membuat bom dan sebagainya,” terang Poengky.

Namun begitu, Poengky menilai Polri sudah lebih paham dalam memberikan penanganan terhadap jaringan-jaringan terorisme yang saat ini kembali bergerak. “Polri sudah lebih paham dalam menangani hal tersebut,” ucapnya.

Poengky juga memandang perlu adanya perhatian lebih dari intelijen terhadap warga negara Indonesia yang baru saja pulang dari Suriah guna mencegah mereka menjadi jaringan teroris yang berbahaya.

“Intelijen harus berperan lebih aktif melacak dan mengamati aktivitas mereka,” tandasnya. (mb/okezone)

Pos terkait