Konsumsi Susu RI Lebih Rendah Dibanding 4 Negara ASEAN Ini

Metrobatam, Jakarta – Dibandingkan negara ASEAN lainnya, konsumsi susu per kapita Indonesia masih rendah. Pada 2016 lalu rata-rata konsumsi susu nasional per kapita berada di 17,2 kilogram. Tingkat konsumsi tersebut jauh tertinggal dari negara-negara Asia Tenggara lainnya yang konsumsinya di atas 25 kg/kapita.

Contohnya Singapura, konsumsi susu Singapura berada di urutan tertinggi yakni 48,6 kg/kapita, disusul Malaysia yang konsumsinya berada di 36,2 kg/kapita, lalu Thailand 33,7 kg per kapita, serta Myanmar yang sekitar 26,7 kg per kapita.

“Kita masih jauh tertinggal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan negara-negara ASEAN lain,” ungkap Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Koperasi dan UMKM Abdul Kadir, dalam diskusi ‘Susu Sebagai Sumber Nutrisi yang Terjangkau dan Pendorong Pemberdayaan UMKM,’ di Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (8/8).

Namun pemerintah optimistis, konsumsi susu masyarakat akan meningkat seiring dengan kesadaran masing-masing individu terhadap pentingnya mengkonsumsi susu untuk pemenuhan gizi seimbang. Hal tersebut terbukti dari konsumsi susu nasional yang mengalami peningkatan hingga 5% setiap tahunnya.

Bacaan Lainnya

Jika pada tahun 2015 konsumsi susu nasional berkisar antara 12,1 kg per kapita, pada 2016 terjadi peningkatan konsumsi menjadi 17,2 kg per kapita.

“Pemerintah mencatat tingkat konsumsi susu nasional terus meningkat 5% setiap tahun. Walaupun begitu, tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia masih di bawah negara-negara ASEAN lain,” ujarnya.

Subandi mengatakan kesadaran mengonsumsi susu di Indonesia masih rendah. Selama ini kita mengenal susu hanya sebagai pelengkap 4 sehat 5 sempurna. Padahal kandungan vitamin dan mineral dalam susu sangat dibutuhkan tubuh untuk menjaga gizi seimbang.

Rendahnya konsumsi susu membuat kondisi fisik masyarakat Indonesia lebih rentan terhadap penyakit.

“Angka prevelensi penyakit meningkat tajam, seperti stroke, jantung diabetes. Terserang penyakit ini bisa membuat ekonomi menengah langsung bangkrut,” ujarnya.

Selain itu, pada tumbuh kembang anak, susu juga dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel saraf, organ dan tinggi badan. Tercukupinya kebutuhan nutrisi dari susu, tidak hanya menentukan tinggi badan seseorang tetapi juga menentukan kecerdasan dan daya tahan tubuh seseorang.

Dengan demikian, kurangnya konsumsi susu akan berakibat pada ancaman kurang gizi kronis (stunting). Data terakhir menyebutkan, angka stunting Indonesia pada tahun 2016, masih berada di 26,1%. Namun angka tersebut cenderung menurun dari stunting pada tahun sebelumnya sekitar 32,9% pada tahun 2013, seiring dengan kesadaran masyarakat yang semakin baik.

“Konsumsi susu setelah 2 tahun, setelah ASI harus ditingkatkan. Kita harus bekerja bersama untuk menurunkan angka stunting secara intensif, terutama dengan meningkatkan kesadaran mengonsumsi susu,” terangnya. (mb/detik)

Pos terkait