KPK Tahan Politisi Golkar Bowo Sidik, Uang Suap untuk Serangan Fajar

Metrobatam, Jakarta – Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Golkar Bowo Sidik Pangarso langsung ditahan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bowo ditetapkan tersangka suap kerja sama distribusi pupuk PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG) dengan PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK).

Bowo keluar dari ruang pemeriksaan di lantai dua Gedung KPK, Jakarta, sekitar pukul 22.50 WIB, Kamis (28/3).

Bowo mengenakan kemeja tahanan berwarna oranye. Tangan politikus Golkar itu juga diborgol. Bowo didampingi sejumlah petugas KPK saat keluar dari markas lembaga antikorupsi.

Bowo langsung menunduk saat keluar dari pintu lobi khusus keluar-masuk tersangka. Ia tak menggubris sejumlah pertanyaan dari awak media.

Bacaan Lainnya

Calon anggota DPR daerah pemilihan Jawa Tengah II dari Golkar itu terus berjalan menerobos kerumunan wartawan. Bowo tetap diam sembari terus berjalan menuju mobil tahanan.

Bowo yang diduga menerima uang dengan total Rp8 miliar itu sempat kesulitan masuk ke dalam mobil tahanan. Ia tetap bungkam sembari menunduk saat masuk ke mobil.

Sampai berada di dalam mobil, Bowo tetap menunduk dan berusaha menutupi wajahnya. Bahkan, Bowo sempat meminta sopir mobil tahanan untuk segera membawanya ke rumah tahanan.

Sebelum Bowo, tersangka lainnya yakni Indung karyawan PT Inersia keluar dari ruang pemeriksaan KPK. Sama seperti Bowo, Indung bungkam saat dicecar pertanyaan oleh awak media.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan Bowo dan Indung ditahan untuk 20 hari pertama di Rumah Tahanan KPK, Jakarta. “Ditahan untuk 20 hari pertama,” kata Febri lewat pesan singkat.

Bowo bersama Marketing Manager PT Humpuss Transportasi Kimia, Asty Winasti dan Indung ditetapkan sebagai tersangka suap kerja sama distribusi pupuk PT PILOG dengan PT HTK.

Bowo diduga meminta fee kepada PT HTK atas biaya angkut yang diterima sejumlah US$2 per metric ton. Diduga telah terjadi enam kali penerimaan di sejumlah tempat sebesar Rp221 juta dan US$85.130.

Uang sekitar Rp8 miliar dalam pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu itu telah dimasukkan dalam amplop-amplop.Uang tersebut diduga bakal digunakan Bowo untuk ‘serangan fajar’ Pemilu 2019. Politikus Golkar itu kembali mencalonkan diri pada Pemilu 2019 di daerah pemilihan Jawa Tengah II.

Suap untuk Serangan Fajar

Uang suap yang diduga diterima politikus Partai Golkar ini dipersiapkan untuk serangan fajar di Pemilu 2019. Anggota DPR RI tersebut kembali mencalonkan diri pada Pemilu 2019 di daerah pemilihan Jawa Tengah II.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Basaria Panjaitan mengatakan, kasus suap ini terkait dengan kerja sama bidang pelayaran antara PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG) dengan PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK).

“Diduga anggota DPR RI yang juga mencalonkan diri di daerah pemilihan Jawa Tengah II pada Pemilu 2019 justru terlibat korupsi dan bahkan diduga telah mengumpulkan uang dari sejumlah penerimaan terkait jabatan yang dipersiapkan untuk serangan fajar pada Pemilu 2019,” kata Basaria di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (28/3).

Bowo diduga meminta fee kepada PT HTK atas biaya angkut yang diterima sejumlah USD2 per metric ton.

Sebelumnya diduga telah terjadi enam kali penerimaan di sejumlah tempat sebesar Rp221 juta dan USD85.130.

“Uang yang diterima tersebut diduga telah diubah menjadi pecahan Rp50 ribu dan Rp20 ribu sebagaimana ditemukan tim KPK dalam amplop-amplop di sebuah kantor di Jakarta,” ujar Basariah.

Dalam penindakan yang dilakukan, KPK mengamankan uang sekitar Rp8 miliar dalam pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu yang telah dimasukkan dalam amplop-amplop.

Amplop-amplop itu kemudian dimasukkan ke dalam 84 kardus. Kardus-kardus tersebut kini diamankan di Gtedung KPK untuk dijadikan barang bukti kasus. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait