KPU: Kampanye Negatif Tak Sesuai Aturan

Metrobatam, Jakarta – Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ilham Saputra menyatakan tidak sepakat dengan anjuran taktik kampanye negatif dalam Pemilihan Umum 2019. Menurut dia hal itu tidak sesuai dengan peraturan yang ada.

“Ya kalau kemudian kampanye negatif itu menjelek-jelekkan orang, menyebarkan hoaks ya tak sesuai dengan peraturan kita dong,” ucap Ilham di kantor KPU, Senin (15/10).

Pernyataan Ilham menanggapi saran Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman, yang memperbolehkan kadernya melakukan kampanye negatif.

Ilham mengaku belum mengetahui maksud kampanye negatif yang dimaksud Sohibul. Meski demikian, dia khawatir segala jenis kampanye negatif rawan melanggar peraturan perundang-undangan.

Bacaan Lainnya

Ilham memastikan bakal ada sanksi jika capres-cawapres atau caleg terbukti melakukan kampanye negatif. Sanksi berupa teguran kepada paslon yang bersangkutan.

Kemudian, teguran juga akan dilayangkan kepada partai pengusung jika pendukung paslon capres-cawapres atau caleg yang melakukan kampanye negatif. Sanksi yang dikenakan terhadap media sosial juga diberlaukan apabila kampanye negatif dilakukan di dunia maya.

“Namanya menyebarkan hoaks itu harus di banned kalau dia melalui medsos,” kata Ilham.

Ilham tidak merinci peraturan apa yang tidak sesuai dengan penerapan kampanye negatif. Meski begitu, KPU memang telah mengatur materi kampanye yang boleh disampaikan oleh peserta Pemilu 2019. Pengaturan materi kampanye tercantum dalam Peraturan KPU No. 23 tahun 2018 tentang Kampanye Pemilihan Umum 2019.

Pada Pasal 20 butir d disebutkan bahwa materi kampanye harus memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab sebagai bagian dari pendidikan politik.

Materi kampanye juga mesti menghormati perbedaan suku, agama, ras, dan golongan di masyarakat. Hal ini termaktub dalam butir f.

Masuk di Pasal 21 butir a, materi kampanye wajib disampaikan dengan cara yang sopan, yaitu menggunakan bahasa atau kalimat yang santun dan pantas ditampilkan kepada umum.

Pada butir b pasal yang sama, materi kampanye wajib disampaikan secara tertib, atau tidak menganggu kepentingan umum. Pula, pada butir c, harus bersifat mendidik atau memberikan informasi yang bermanfaat dan mencerdaskan pemilih.

“[Materi kampanye disampaikan dengan cara] bijak dan beradab, yaitu tidak menyerang pribadi, kelompok, golongan, atau Pasangan Calon lain,” mengutip bunyi Pasal 21 butir d PKPU No. 23 tahun 2018.

“Tidak bersifat provokatif,” bunyi Pasal 21 butir e PKPU No. 23 tahun 2018.

Menurut Sohibul, kampanye negatif merupakan kampanye yang mengangkat kelemahan lawan melalui fakta-fakta. Bukan berdasarkan kebohongan. Karenanya, dia tidak melarang kampanye negatif.

“Tidak bohong itu, namanya negative campaign, itu boleh. Sebab publik harus tahu calon ini apa kelemahannya,” ucap Sohibul.

Sohibul justru melarang kadernya untuk melakukan kampanye hitam yang merupakan fitnah tak berdasar. Dia mengatakan PKS sama sekali tidak akan mengizinkan hal itu.

“Kami tidak ada toleransi, nol persen kepada fitnah atau kampanye hitam,” kata Sohibul.

PDIP Ibaratkan Jokowi Gatot Kaca

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyerukan para kader untuk mengedepankan kampanye positif ketimbang kampanye negatif. PDIP juga mengibaratkan Jokowi sebagai Gatot Kaca.

“Itu PKS. Kalau PDI Perjuangan, kami berkampanye yang positif. Kami membangun peradaban, kami mengangkat kebudayaan, martabat, dan kehormatan bangsa,” kata Hasto di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (15/10).

Namun, Hasto menyadari PDIP tak bisa 100% melakukan kampanye positif. Tapi paling tidak, PDIP berkomitmen menghadirkan kampanye damai yang beradu gagasan, rekam jejak, dan program.

“Kita positif. Ya namanya 100% nggak ada lah, tapi kita menandatangani kampanye damai, kami adu gagasan, kami adu rekam jejak, kemudian konsepsi bagaimana masa depan Indonesia raya ini. Itu yang kami sampaikan,” terang Hasto.

Saat inilah Hasto menyinggung kisah Gatot Kaca. Dia mengibaratkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Gatot Kaca yang selalu diserang oleh musuh-musuhnya, namun justru bertambah sakti.

“Kalau kami diserang dalam cerita wayang itu ada namanya Gatot Koco, wisanggeni. Ketika kecil, ya, diserang habis-habisan oleh pihak angkara murka tapi malah kemudian menjadi sakti. Jadi serangan-serangan itu menciptakan mekanisme untuk lebih baik. Ya, misalkan di situ (Jokowi sebagai Gatot Kaca),” papar Hasto sambil tertawa.

Sebelumnya, Sohibul memang mempersilakan kadernya berkampanye negatif untuk mendulang suara di Pemilu 2019. Namun, Sohibul memberi batasan.

“Saya mengatakan 80% kampanye kita harus positive campaign. Silakan masuk ke negative campaign, cukup 20%,” kata Sohibul dalam konsolidasi Nasional di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Minggu (14/10). (mb/cnn indinesia/detik)

Pos terkait