Kritik Kepala Bappenas ke Anies: Objek Wisata di Jakarta Apa Sih?

Metrobatam, Jakarta – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro meminta Pemprov DKI Jakarta mendorong sektor pariwisata sebagai motor penggerak perekonomian.

Bambang membandingkan Jakarta dengan ibu kota Thailand, yaitu Bangkok. Yang membedakan kedua ibu kota negara itu adalah pariwisatanya, menurut Bambang pergerakan pariwisata di Jakarta belum maksimal.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun merespon pernyataan tersebut. Anies justru menyalahkan kurangnya konektivitas di Jakarta yang menurutnya menjadi warisan dan pekerjaan rumah bagi kepemimpinannya.

Bagaimana berita selengkapnya?

Bacaan Lainnya

Saat menjadi pembicara dalam acara Musrenbang Provinsi DKI Jakarta yang dihadiri langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyinggung pariwisata Jakarta yang menurutnya belum terlihat.

Bambang mencontohkan apa yang ada diuy Thailand, di Bangkok tak hanya tumbuh menjadi pusat bisnis tapi juga pariwisata. Sedangkan Jakarta, kata Bambang banyak yang bingung apa objek wisata yang ada.

“Bangkok tidak hanya kota bisnis, tapi juga tujuan tourism. Kalau pernah ke Bangkok pasti lihat banyak turis yang naik kapal di sungai, datang ke tembok-tembok besar, atau berbagai objek wisata lainnya. Ada yang bilang kalau ke Jakarta bingung, apa sih objek wisatanya,” kata Bambang di Balai Agung Provinsi DKI Jakarta, Rabu (10/4/2019).

Menurutnya, selama ini sebagian besar turis ke Indonesia berlibur di Bali. Warga mancanegara yang datang ke Jakarta memang banyak, namun lebih kepada urusan bisnis ketimbang berwisata.

“Tourism kita sangat tergantung Bali. Yang menarik meski cukup banyak pengunjung asing ke Jakarta selain Bali, tapi ke Jakarta untuk bisnis. Tapi kalau lihat tourism di Thailand paling besar Bangkok,” paparnya.

Untuk itu, menurut Bambang, Jakarta harus bertransformasi. Sebenarnya Jakarta punya potensi wisata seperti Pulau Seribu dan Kawasan Kota Tua. Itu yang perlu dioptimalkan.

“Mengenai kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata, DKI punya satu KEK pariwisata, Pulau Seribu, dan Kota Tua sebenarnya. Barang kali salah satu strategi Pak Anies untuk investasi di DKI adalah percepatan KEK pariwisata,” tambahnya.

Perhubungan Buruk

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun merespon pernyataan Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. Anies menilai kurangnya konektivitas yang membuat pariwisata belum tumbuh maksimal.

Menurut Anies, sebetulnya ada banyak pariwisata di Jakarta. Namun, dia mengatakan bahwa pemerintahannya di Jakarta diwarisi masalah perhubungan yang buruk, sehingga konektivitas antar objek wisata pun menjadi kurang.

“Ya banyak wisatanya, memang betul kita ini perlu konektivitas. Itu lah warisan yang kita dapat bahwa titik wisata tidak tersambung,” ungkap Anies saat ditemui di Stasiun MRT ASEAN.

Untuk mengatasi masalah itu Anies mengungkapkan akan mengerahkan Transjakarta untuk menghubungkan pariwisata di Jakarta.

“Karena itulah Transjakarta mau bangun rute agar wisatawan bisa pergi ke beberapa tempat bersamaan,” sebut Anies.

Dalam menggenjot transportasi dan konektivitas, Anies menyebutkan bahwa bukan hanya pariwisata saja yang terkena imbas positifnya. Namun, masyarakat Jakarta pun mendapatkan kemudahan perhubungan, masalahnya Anies mengatakan bahwa di Jakarta salah satu pengeluaran terbesar warga adalah biaya transportasi.

“Oh nggak, bukan hanya untuk pariwisata, tapi juga kurangi biaya hidup orang Jakarta, karena komponen terbesar pengeluaran warga Jakarta adalah biaya transportasi. Kuncinya integrasi dan konektivitas tujuannya kurangi biaya hidup bagi orang Jakarta,” kata Anies.

“Konsekuensi berikutnya adalah bagi pengunjung wisata ke Jakarta akan lebih mudah berpindah,” tambahnya.

Anies pun menyinggung perencanaan pembangunan transportasi yang sudah ada sebelum dia menjabat di Jakarta. Menurutnya, sejak dulu transportasi dibangun tanpa melihat perencanaan untuk memperhatikan integrasi dan konektivitas.

“Kenapa (masyarakat) nggak pake umum? Karena transportasinya nggak terintegrasi, dan perencanaan pun tidak terintegrasi,” ungkap Anies.

Salah satunya Anies menyinggung pembangunan Stasiun MRT ASEAN yang justru tidak terhubung dengan Stasiun Transjakarta di sekitarnya.

“Anda mau contoh sempurna tidak adanya intergrasi? Stasiun ini dan stasiun Transjakarta disitu, dibangun dalam waktu yg bersamaan tapi dalam perencanaan tidak memikirkan ketersambungan. Mulai sekarang dan ke depannya, semua perencanaan kita kata kuncinya integrasi dan konektivitas,” ungkap Anies. (mb/detik)

Pos terkait