Longsor di Cianjur, 1.300 Mengungsi Ratusan Rumah Rusak

Metrobatam, Jakarta – Gerakan tanah yang memicu longsor terjadi di lima dusun di Desa Waringinsari, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Minggu (1/10) pukul 17.30 Wib, akibat hujan deras. Sebanyak 138 rumah rusak berat, dan 1.300 warga mengungsi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, bencana kali ini disebabkan oleh hujan deras yang menggerus tanah yang tidak stabil di daerah tersebut.

“Kondisi struktur tanah yang labil dan dipicu oleh hujan deras telah menyebabkan gerakan tanah atau longsor yang cukup luas di daerah Cianjur. Apalagi kondisi tanah yang retak-retak selama musim kemarau kemudian diguyur hujan yang cukup deras telah menyebabkan air mengisi retakan tanah tersebut sehingga menimbulkan longsor,” kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya kemarin.

Ia merinci, longsor ini menyebabkan 800 Kepala Keluarga atau 2.400 jiwa terdampak. Selain 138 rumah rusak berat, sebanyak 103 rumah mengalami rusak sedang, 139 rumah rusak ringan, dan 420 rumah lainnya terancam longsor.

Bacaan Lainnya

“Tidak ada korban jiwa,” ungkap dia. “Sekitar 1.300 jiwa masyarakat mengungsi karena rumahnya rusak dan khawatir akan adanya longsor susulan”.

Menurut dia, ribuan orang pengungsi itu tersebar di beberapa titik pengungsian, seperti di balai desa, madrasah, tetangga terdekat dan di rumah kerabatnya. BPBD juga sudah mencari pos pengungsian dan posko cadangan karena dikhawatirkan longsor susulan akan terus berlangsung.

Di samping itu, bencana ini menyebabkan tiga unit sekolah rusak sedang, 14 unit masjid rusak ringan, 18 unit mushola rusak sedang, tiga saluran irigasi rusak berat, 1 unit sarana air bersih milik Ponpes Riyadul Muthadin rusak berat, dan lima titik jalan tertimbun dan satu jalan putus.

“Bupati Cianjur telah menetapkan status tanggap darurat bencana longsor tanggal 1-7 Oktober 2017,” ungkap dia.

Kepala Desa Waringinsari, Cecep Supriadi, kepada Antara, Selasa (4/10), mengatakan, pergerakan tanah terus bertambah parah setiap harinya. Longsoran tanah ini memiliki kedalaman mencapai satu meter dan terus bertambah panjang.

“Rumah warga yang awal didata hanya rusak ringan dan sedang saat ini mengalami luka berat karena tanah dibawahnya terus bergerak dan semakin dalam. Sehingga warga berharap ada kendaraan yang disediakan untuk membawa barang bergharga miliknya ke tempat aman,” ucapnya.

Banyaknya warga yang mengungsi membuat pasokan logistik yang mereka bawa menipis, sehingga warga sangat membutuhkan bantuan logistik dan obat-obatan termasuk peralatan untuk tidur seperti selimut dan kasur.

“Memang banyak kebutuhan, terutama logistik dan bantuan tenaga untuk evakuasi barang milik warga yang rumahnya sudah dalam kondisi rusak berat atau terancam,” katanya.

Sidiq (22), seorang warga setempat, mengaku, bantuan logistik terutama makanan sangat dibutuhkan karena sejak awal terjadi bencana, warga tidak memiliki penghasilan untuk membeli bahan makanan.

“Jumlah warga yang jadi korban banyak, sementara persediaan makanan terbatas. Kalaupun ada bantuan diutamakan makanan, kalau pakaian masih banyak yang terselamatkan,” katanya.

Menurut Sutopo, BPBD Cianjur sudah merespon kebutuhan tersebut. Bantuan logistik sudah disalurkan berupa beras, mie instan, sarden, kecap, saus, dan minyak goreng. BPBD Provinsi Jawa Barat telah memberikan bantuan logistik senilai Rp 360 juta, diantaranya berupa sandang 175 paket, selimut 200 lembar, tikar 200 lembar, matras 200 lembar, dan mie instan 80 dus.

“Masyarakat dihimbau untuk waspada dari ancaman banjir dan longsor. Saat ini masuk musim peralihan menuju musim penghujan. Diperkirakan musim penghujan akan turun awal November mendatang. Musim pancaroba umumnya terjadi hujan deras disertai angin kencang. Longsor adalah bencana paling banyak menimbulkan korban jiwa meninggal sejak tahun 2014-2016. Hendaknya masyarakat mewaspadai bahaya longsor saat hujan deras,” tutup Sutopo. (mb/detik)

Pos terkait