LPS: Banyak BPR Gulung Tikar karena Fraud

Metrobatam, Jakarta – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengaku, telah melikuidasi sebanyak 81 bank yang terdiri dari 80 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank umum sejak berdiri hingga saat ini. Tutupnya BPR, mayoritas disebabkan adanya fraud pada bank-bank tersebut.

Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan menuturkan, pada sepanjang tahun ini, pihaknya telah melikuidasi sebanyak 6 BPR. Adapun pada tahun lalu, likudiasi telah dilakukan pihaknya pada 10 BPR.

“Mengingat jumlah BPR yang mencapai sekitar 1.800, akan selalu ada bank-bank yang bermasalah. Rata-rata itu karena fraud, karena pemilik atau manajemen melakukan fraud,” ujar Fauzi di Jakarta, Kamis (14/9).

Direktur Eksekutif Penjaminan dan Manajemen Risiko LPS Didik Madiyono menjelaskan, dari 81 bank yang dilukuidasi, 67 bank telah selesai proses likuidasi. Adappun jangka waktu likuidasi rata-rata mencapai 25 bulan dengan claim recovery sekitar 31,69 persen.

Bacaan Lainnya

Menurut Didik, 81 BPR yang dilikuidasi memiliki jumlah rekening sebanyak 170.275 dan total simpanan mencapai Rp1,52 triliun. Namun, dari jumlah tersebut, simpanan yang layak dibayar tercatat sebanyak 156.142 rekening dengan total simpanan Rp1,21 triliun.

Sementara itu, Sisanya merupakan total simpanan yang tidak layak dibayar karena beberapa faktor, antara lain tidak tercatat dalam pembukuan, tingkatan bunga simpanan yang melebih tingkat bunga pinjaman, dan juga tindakan yang merugikan bank.

Adapun, LPS per Juli 2017 tercatat memiliki aset sebesar Rp85,25 trilun. Pada periode yang sama, LPS mencatatkan surplus bersih Rp12,89 triliun

Kendati demikian sejak awal berdiri 2015, per Juli 2017 LPS sudah mencatatat aset sebesar Rp 85,25 miliar. Adapun dana cadangan pinjaman LPS pada periode yang sama tercatat Rp64,69 triliun atau 1,3 persen dari simpanan yang ada pada industri. Padahal, sesuai Undang – Undang nomor 24 tahun 2014 , LPS seharusnya memiliki dana cadangan pinjaman sebesar 2,5 persen dari total simpanan.

“Jadi masih cukup jauh perjalanan mencapai 2,5 persen,” tegasnya. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait