Luhut: Yang Ambil Alat Deteksi Tsunami Sebenarnya Membunuh Orang

Metrobatam, Jakarta – Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan alat-alat pendeteksi tsunami (buoy) milik BMKG di Palu, Sulawesi Tengah hilang, bahkan menurut Luhut ada yang dicuri.

Luhut menjelaskan, peristiwa tersebut sudah lama terjadi, dan pemerintah belum sempat mengadakan kembali alat-alat pendeteksi gempa tersebut.

“Sudah lama, sudah beberapa tahun terakhir ini, tapi karena terus nggak ada dana untuk menambah lagi ya berhenti,” kata Luhut ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (1/10).

Tapi dengan bencana gempa dan tsunami pada Jumat (28/9) malam, pemerintah segera bertindak. Pemerintah bakal menyiapkan anggaran untuk pengadaan alat-alat pendeteksi gempa. Hal tersebut pun akan dibahas dalam rapat terbatas (ratas) di Istana Presiden, Selasa (2/10).

Bacaan Lainnya

“Besok ada ratas mengenai itu. Tadi kepala BMKG juga mengusulkan ada perbaikan di Indonesia mengenai buoy,” ujarnya.

“Sekarang kita sudah akan usulkan, sudah diusulkan oleh Ibu Kepala BMKG kira kira berapa ratus miliar (rupiah) di seluruh Indonesia sehingga tercover dengan bagus,” sebutnya.

Luhut menambahkan, hilangnya alat pendeteksi tsunami itu mengakibatkan tak ada deteksi dini tsunami. Luhut juga mengingatkan siapapun yang mengambil alat pendeteksi itu sama saja dengan membunuh orang lain.

“Itu harus disosialisasikan juga janganlah buoy itu diambil karena kalau dia ngambil buoy sebenarnya dia membunuh orang-orang, saudaranya,” tambahnya.

Sebelumnya Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut alat itu sudah tak lagi dimiliki Indonesia sejak 2012.

“Jadi enggak ada buoy tsunami di Indonesia, sejak 2012 buoy Tsunami sudah tidak ada yang beroperasi sampai sekarang ya tidak ada,” Sutopo di kantor BNPB, Jl Pramuka, Jakarta Timur, Minggu (30/9).

Sutopo mengungkap soal anggaran yang jadi salah satu alasan mengapa pengadaan buoy tsunami belum dilakukan. Harga per unitnya, kata Sutopo, pernah mencapai hampir Rp 2 triliun. Tapi harga alat tersebut selalu turun tiap tahunnya.

Pada Maret 2018, sebuah buoy ditarik ke darat oleh para nelayan. Alat itu dalam kondisi rusak dan ditarik ke Pantai Ngadipuro, Kecamatan Munjungan, Trenggalek, Jawa Timur.

“Ada buoy terdampar di Pantai Trenggalek. Aparat masih mengecek instansi pengelola buoy ini. Belum dapat dipastikan apakah ini buoy tsunami atau bagian mercusuar di laut. Yang pasti bukan UFO,” kata Sutopo lewat akun twitter-nya waktu itu.

Sementara itu pada tahun 2014, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan Indonesia hanya memiliki 2 buoy. Selebihnya dalam kondisi rusak. (mb/detik)

Pos terkait