Mantan Napi Teror Sebut Indonesia Jadi Arena Baru Eks ISIS

Metrobatam, Jakarta – Mantan narapidana terorisme yang juga pentolan Jama’ah Islamiyah, Ali Fauzi menyebut para pelaku teror bom di Surabaya, Jawa Timur berafiliasi dengan kelompok radika ISIS. Ali menyebut, kelompok yang terafiliasi ISIS adalah dalang aksi teror yang terjadi dalam kurun waktu 2010-2018.

“Dilihat dari model serangannya, ini kelompok yang berafiliasi ISIS. Artinya mereka yang melakukan aksi pada tahun 2010 hingga 2018,” kata Ali yang juga adik kandung terpidana mati bom bali, Amrozi, ini saat dihubungi, Senin (14/5).

Menurutnya, sebelum tahun 2010, pelaku berafiliasi dengan Negara Islam Indonesia (NII). Ali menduga, kekalahan ISIS di Syiria dan Irak menjadikan para pengikut ISIS menjadikan negara asal mereka sebagai medan perang baru.

“Kalau tinggal di Indonesia, maka yang dipilih adalah Indonesia. Kalau tinggal di Malaysia, maka yang dipilih juga Malaysia,” kata Ali.

Bacaan Lainnya

Ali Fauzi juga menduga, kerusuhan di Rumah Tahanan Markas Komando Brimob membuat para pelaku melakukan aksi balas dendam. Hanya saja, aksi balas dendam tersebut memang sudah bisa diprediksi polisi, tetapi belum mampu terdeteksi kapan waktu dan lokasinya.

“Polisi kesulitan untuk memetakan waktu dan tempat yang menjadi sasaran para teroris. Kebetulan saja yang dipilih kali ini adalah Surabaya yang menjadi sasaran,” kata Ali.

Bahkan menurutnya, Amerika juga pernah jadi sasaran teror karena sulitnya mendeteksi pelaku yang bermain di bawah tanah.

Terorisme Tidak Benar

Rektor UIN Sunan Ampel (UINSA) Prof Abd A’la mengatakan terorisme bukanlah bagian dari agama Islam. Hal ini karena semua agama tidak membenarkan adanya terorisme atau yang menyakiti atau membunuh sesama manusia.

“Kami mengutuk, karena dari segi agama mana pun, ini tidak benar,” ujarnya saat konferensi pers di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Senin (14/5).

Abdul A’la tidak membenarkan adanya kekerasan dan tindak terorisme atau yang menggunakan agama sebagai alat untuk perang. Sebab, baginya, hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama.

“Tidak benar ketika melakukan kekerasan, terorisme, atau menggunakan agama sebagai alat untuk tujuan tertentu yang bertentangan dengan nilai-nilai agama,” lanjutnya.

Tak hanya itu, Abdul A’la bersama seluruh tokoh lintas agama juga telah sepakat akan menjaga kedamaian dan ketenangan NKRI.

“Kami bersama dengan beberapa tokoh lintas agama dan kami sepakat dengan semua tokoh lintas agama bahwa kami akan menjaga dan tidak ada lagi hal-hal seperti ini,” lanjutnya.

Dia menambahkan bersama kepolisian akan melawan terorisme dan tidak akan takut. “Kami bersama Kapolri akan melawan dan tidak takut,” katanya.

Sementara itu, dia menilai selama ini pemberitaan yang berkembang dari media sudah kondusif. Dia juga meminta masyarakat Jawa Timur tetap tenang dan tidak mudah tersulut emosi.

“Pemberitaan selama ini sudah kondusif, bagi warga Jatim dan Surabaya tetap tenang dan tegar sampai kapan pun akan melawan,” katanya. (mb/cnn indonesia/detik)

Pos terkait