Menhan Duga Ada Pihak yang Memanas-manasi Situasi di Papua

Metrobatam, Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan, ada pihak yang sengaja memanas-manasi sehingga mengakibatkan munculnya konflik di Papua yang mengakibatkan pemutusan akses di dua desa oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Namun, Ryamizard enggan menyebutkan siapa pihak tersebut. “Pasti ada kan yang ngompor-ngomporin, kita ini banyak kan bangsa ini, ada yang senang, ada yang tidak senang,” kata Ryamizard di Gedung Kemhan, Selasa (13/11).

“Yang pasti sudah ada lah, tapi kan enggak boleh disampain sini dong,” imbuhnya.

Meski begitu, sampai saat ini dirinya masih belum menerima informasi detail perihal konflik di Papua.

Bacaan Lainnya

Ryamizard menuturkan dirinya belum menanyakan secara detail perihal situasi terkini di Papua lantaran ingin agar aparat keamanan di sana fokus menyelesaikan konflik tersebut. “Kalau sudah selesai, saya tanyakan yang pasti ya, kalau ngomong enggak pasti, lain-lain, enggak bagus juga,” ujar Ryamizard.

Di sisi lain, mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu meminta semua pihak mendukung tugas TNI-Polri yang tengah berupaya untuk menyelesaikan konflik di Papua.

Ryamizard mengimbau jangan sampai ada tuduhan pelanggaran HAM kepada TNI-Polri dalam berbagai langkah yang dilakukan.

“Dukunglah, jangan ditakut-takutin melanggara HAM lah, apa, padahal itu untuk mengamankan negara, enggak ada ke sana polisi dan tentara kalau tidak ada tugas pokok,” tuturnya.

Ryamizard juga menyampaikan agar TNI-Polri mengedapankan langkah persuasif dalam menyelesaikan konflik di Papua, sehingga tidak perlu sampai menggunakan senjata.

Nantinya, jika konflik tak kunjung selesai, Ryamizard mengungkapkan akan langsung turun tangan untuk menyelesaikan konflik tersebut. “Mudah-mudahan enggak perlu pakai senjata lah, bila perlu saya ke situ lah,” kata Ryamizard.

Kelompok bersenjata di Distrik Tembagapura, Papua, memutus akses dua kampung di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Dua desa tersebut adalah Banti dan Kimbely.

Diperkirakan pemutusan akses yang dilakukan KKB lantaran tidak mendapatkan jatah emas yang didulang warga setempat.

Kapolda Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengeluarkan maklumat nomor B/MKMLT/01/XI/2017 tertanggal 12 November 2017 untuk meminta KKB yang menyandera ribuan warga di Kampung Banti dan Kimberly di Tembagapura menyerahkan diri.

Dalam maklumat itu, Boy meminta seluruh masyarakat sipil yang menguasai, membawa, memiliki, mempergunakan senjata api secara ilegal agar secepatnya meletakkan senjata dan menyerahkan diri kepada aparat penegak hukum.

Sejauh ini, polisi juga telah menetapkan 21 anggota KKB masuk dalam daftar pencarian orang Kepolisian Daerah Papua. Mereka diduga terlibat dalam sejunlah aksi teror di Tembagapura, Mimika. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait