Menyerang Saat Kampanye, Jokowi: Perlu Ofensif, Masa 4 Tahun Diam Saja

Metrobatam, Jakarta – Calon Presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) banyak mengeluarkan pernyataan yang dinilai menyerang kubu lawan saat kampanye beberapa hari lalu. Jokowi menegaskan hal itu memang diperlukan.

Jokowi mengatakan, serangan yang dia lakukan sebagai bentuk ofensif terhadap isu yang dialamatkan ke dirinya. Dia mengatakan tak mau hanya berdiam saja.

“Ya kampanye kan perlu ofensif, masa kita 4 tahun suruh diam saja. Ya nggaklah. Jadi 4 tahun diam, masa suruh neruskan,” kata Jokowi di kediaman Akbar Tandjung, Jl Purnawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (5/2).

Salah satu pernyatannya Jokowi yang dinilai menyerang kubu lawannya yakni, ada tim sukses yang mencoba mengadu domba dengan menggunakan propaganda ala Rusia. Istilah ‘propaganda Rusia’ ini kemudian ramai ditanggapi, termasuk pemerintah Rusia sendiri.

Bacaan Lainnya

Terkait istilah propaganda Rusia itu, Jokowi menegaskan hal itu hanya terminologi dari artikel yang dia baca di Reins Corporation. Tidak ada hubungannya degan negara Rusia.

“Sehingga ya memang tulisannya seperti itu, bahwa yang namanya semburan kebohongan, semburan dusta, semburan hoaks itu bisa mempengaruhi dan membuat ragu dan membuat ketidakpastian. Dan itu biasanya di negara-negara lain tanpa didukung oleh data-data yang konkret ya memang seperti itu,” jelas Jokowi.

“Sekali lagi ini bukan urusan negara kita denga Rusia,” imbuhnya.

Hilang Kesabaran Soal Hoaks

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Agum Gumelar menduga Presiden Joko Widodo kemungkinan hilang kesabarannya terkait terpaan kabar bohong atau hoaks sehingga melontarkan pernyataan ofensif belakangan ini.

“Mungkin ada orang [Jokowi] kehilangan kesabaran juga, mungkin ya,” kata Agum saat ditemui di wilayah Pasar Rebo, Jakarta, Selasa (5/2).

Mantan Danjen Kopassus TNI AD itu juga menyatakan kabar hoaks dan ujaran kebencian terlihat sangat masif di Pilpres 2019.

Menurutnya, hal itu sengaja diciptakan oleh pihak yang tak bertanggung jawab dengan tujuan ingin mengadu domba masyarakat Indonesia.

Agum lantas menyarankan kepada masyarakat Indonesia, khususnya para pendukung Jokowi untuk tak terpancing terkait maraknya peredaran kabar hoaks tersebut.

“Saya rasa kita jangan terpancing. Rakyat kita ini akan semakin dewasa. Semakin bisa melihat mana yang benar, mana yang tidak baik,” kata dia.

Lebih lanjut, Agum turut mencontohkan kasus kabar hoaks yang diciptakan oleh Ratna Sarumpaet beberapa waktu lalu. Ia lantas mengimbau kepada para pendukung Jokowi untuk bijak dan tak terpancing emosi dalam merespon kasus tersebut.

“Ada kasus Ratna Sarumpaet. Kalau Anda-anda pendukung Jokowi ditanya soal kasus ini, jawabannya bijak, ‘ya kita negara hukum, biarkan hukum yang bicara’. Jangan kita emosi. Kalau kita emosi pro-kontra akan muncul. Rugi kita,” kata dia.

Selain itu, Agum turut mengapresiasi prestasi kerja Jokowi semasa menjabat sebagai presiden mampu membangun Indonesia secara masif.

Ia menilai pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia sangat wajar. Sebab, kondisi Indonesia saat ini sudah tertinggal dengan negara-negara tetangga yang infrastrukturnya sudah maju.

“Karena kita jauh ketinggalan dengan negara-negara tetangga kita dan akibat infrastruktur yang tertinggal, Indonesia banyak daerah di kenal daerah terpencil, daerah terisolir daerah yang surplus tapi tidak bisa memasarkan hasilnya,” katategasnya.(mb/detik/cnn indonesia)

Pos terkait