MUI Minta Laporan Terhadap Sukmawati Dicabut, Din: Akhlak Islam Memaafkan

Metrobatam, Jakarta – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin meminta para pihak yang mengadukan Sukmawati Sukarnoputri ke polisi mencabut laporannya. Sukmawati dilaporkan sejumlah pihak terkait dugaan penistaan agama atas puisi tentang azan dan cadar yang dibacakan beberapa waktu lalu.

“Kalau boleh saya berharap karena beliau sudah minta maaf melalui media, ulama, berarti sungguh-sungguh sebaiknya dihentikan (pelaporan),” ujar Ma’ruf di gedung MUI Jakarta, Kamis (5/4).

Tangisan Sukmawati saat menyampaikan permohonan maaf kemarin, menurutnya, merupakan bentuk kesungguhan putri Presiden RI pertama Sukarno itu menyesali perbuatannya. Ma’ruf optimistis para pelapor akan berubah pikiran dengan mencabut laporannya di kepolisian.

“Sudah sebaiknya tidak perlu diterusin daripada kita buang energi, timbulkan kegaduhan. Mudah-mudahan ada pikiran berubah (mencabut),” katanya.

Bacaan Lainnya

Ia juga mengimbau agar para pelapor membatalkan aksi bela Islam yang rencananya akan digelar Jumat (6/4) besok sebagai bentuk protes atas tindakan Sukmawati.

Ma’ruf mengatakan bahwa puisi yang dibacakan Sukmawati hanya bentuk kebebesan berekspresi dari seorang seniman. Kendati demikian, ia mengaku belum mempelajari puisi itu lebih lanjut.

“Kami majelis ulama tidak masuk ke situ dulu ya, yang penting bagaimana kita ini kompromi, menyelesaikan, mendamaikan, dan membangun kembali persaudaraan,” ucap Ma’ruf.

Sukmawati sebelumnya dilaporkan sejumlah elemen masyarakat ke polisi. Salah satunya berasal dari Persaudaraan Alumni 212 yang melaporkan ke Bareskrim Mabes Polri. Sukmawati disangkakan pasal 156 dan 156 huruf a KUHP tentang penodaan agama.

Akhlak Islam Memaafkannya

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mengajak umat Islam memaafkan Sukmawati Soekarnoputri atas puisi kontroversialnya ‘Ibu Indonesia’. Menurut Din, Islam mengajarkan memaafkan orang yang mengaku salah dan minta maaf.

“Dari sudut saya karena ibu Sukmawati sudah memohon maaf, menyadari kekeliruannya karena tak kepahamannya tentang hakikat seperti azan dan sebagainya, akhlak Islam untuk memaafkannya,” ujar Din di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (5/4).

“Tanda -tanda orang bertakwa itu cenderung memberi maaf kepada orang lain. Manusia itu tempatnya kesalahan dan kelupaan. Maka saya mengimbau umat Islam untuk memberi maaf kepada ibu Sukmawati yang menyadari kesalahannya,’ lanjut Din.

Din mengatakan, sebelum Sukmawati menggelar konferensi pers pada Rabu (4/4), putri Proklamator RI Sukarno itu meminta nasihat dan arahan dari Din terlebih dahulu. Bahkan Sukmawati juga membacakan kembali puisi ‘Ibu Indonesia’ di depan Din untuk dimintai tanggapan.

“Selasa (3/4) sore Ibu Sukmawati datang menemui saya diantar oleh ibu Halida Hatta dengan maksud mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi. Pada pertemuan itu, Ibu Sukmawati meminta izin kepada saya untuk memperdengarkan, membaca lagi dan meminta tanggapan. Tanggapan saya waktu itu, sebagai karya sastra memang bersifat nisbi karena hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang sering abstrak bermain dengan kata-kata,” kata Din.

Setelah mendengar puisi ‘Ibu Indonesia’, Din menyampaikan kepada Sukmawati memang ada beberapa bait yang dapat menimbulkan polemik dan ketersinggungan di masyarakat. Hal yang dimaksud yakni komparasi azan dengan suara kidung yang ada di dalam puisi.

“Beliau agak tersentak dan agak kaget karena bahwa ibu Sukmawati tidak berniat sama sekali melecehkan, menghina umat Islam dan saya saksikan itu pernyataan yang tulus. Saya mendorongnya untuk meminta maaf,” kata Din.

Sebelumnya, dalam permintaan maaf yang disampaikan kemarin, Sukmawati menjelaskan puisi ‘Ibu Indonesia’ yang dibuatnya tersebut murni karya sastra.

“Puisi ‘Ibu Indonesia’ yang saya bacakan adalah sesuai dengan tema cara pergelaran busana, yakni culture identity. Yang mana semata-mata pandangan saya sebagai seniman dan budayawati dan murni merupakan karya sastra Indonesia,” ujar Sukmawati dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (4/4).

Sementara Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Zulkifli Hasan mengajak masyarakat untuk memafkan Sukmawati Soekarnoputri atas puisinya berjudul ‘Ibu Indonesia’ yang menuai kontroversi dan membuat dia dilaporkan ke polisi karena dinilai menyinggung umat Islam.

“Saya menyesalkan itu terjadi. Itu jadi pelajaran penting dan (Sukmawati) sudah minta maaf. Saya mengajak semua untuk memaafkan,” kata Zulkifli di ruang kerja MPR, Gedung Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, (5/4).

Puisi Sukmawati yang ikut membandingkan kidung dengan azan menuai kecaman karena dinilai menyinggung perasaan umat Islam.

Puisi Sukmawati viral di media sosial lalu menimbulkan reaksi beragam, baik di media sosial dan dunia nyata. Beberapa aksi protes dilakukan dan sejumlah pihak melaporkan Sukmawati ke polisi.

Zulkifli menyerahkan penegakan hukum atas kasus itu ke polisi. “Urusun hukum itu bagian polisi, saya tidak dalam kapasitas,” tuturnya.

Zulkifli mengajak masyarakat untuk menjadikan kasus puisi Sukmawati sebagai pembelajaran agar tidak meyinggung suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dalam bersikap atau menyampaikan pemikirannya.

“Ini rumah kita ini bangsa kita jangan lah bawa bawa sara apalagi agama itu sangat sensitif. Kalau terus begitu bahaya. Kita bisa pecah belah. Saya mengimbau sebagai ketua MPR untuk rakyat Indonesia jangan. Jangan bawa bawa sara. Itu akan melukai dan berbahaya pada persatuan,” terangnya. (mb/detik)

Pos terkait