Orang Tua Terduga Teroris Marawi Menghilang dari Rumah

Metrobatam, Jakarta – Kabar penangkapan terhadap Minhati Madrais, istri dari petinggi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Marawi Omarkhayam Maute, disebut membuat orang tuanya pergi dari rumah. Sang ayah rupanya memiliki sebuah pondok pesantren yang tak jauh dari kediamannya.

Rumah Madrais Hajar, ayah dari Minhati Madrais, itu didominasi warna hijau muda. Keramik hitam mendominasi dinding dan tiang-tiang depan rumahnya. Tidak ada pagar tinggi. Pekarangannya tampak lapang tanpa ada bangunan lain. Semuanya serba terbuka.

Rumah yang beralamat di Jl. Raya Kampung Pasar Emas No. 62 RT14 RW 08 Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, itu sepi selama berjam-jam saat CNNIndonesia.com menungguinya, pada Senin (6/11) siang. Pintu dan jendela tertutup rapat. Salam dan ketukan pintu pun tidak terjawab.

Di rumah itu, Minhati lahir dan besar hingga dewasa. Suami Minhati, Omar, disebut juga sempat tinggal di rumah tersebut setelah menikah.

Bacaan Lainnya

Warga yang tinggal bersebelahan dengan rumah Madrais, Rohmadi, membenarkan bahwa rumah bertembok hijau itu milik Madrais. Madrais tinggal di sana bersama sang istri.

Rohmadi, yang adalah pedagang bakso yang menyewa ruko milik Madrais, mengaku biasanya bertemu Madrais saat salat di masjid yang berlokasi di seberang rumah tersebut. Namun, ia mengaku sudah tidak berjumpa dengannya sejak beberapa hari yang lalu.

“Denger-denger ke Gontor (Ponorogo, Jawa Timur). Pokoknya Sudah 3-4 hari yang lalu saya enggak melihat,” kata Rohmadi, kepada CNNIndonesia.com, Senin (6/11).

Rohmadi menganggap kepergian itu wajar. Sebab, pemberitaan terkait Minhati tengah kencang. Ia pun memprediksi bahwa Rohmadi baru pulang dua atau tiga bulan lagi. “Kamu enggak akan bisa ketemu sama dia. Apalagi berita itu sudah beredar,” tuturnya, kepada CNNIndonesia.com.

Namun, Rohmadi menunjukkan rumah tinggal anak Madrais lainnya. Yakni, di sebelah rumah Madrais atau di belakang ruko yang disewa Rohmadi. Rumah itu bertingkat dua dan lebih megah daripada rumah Madrais. Seperti halnya rumah Madrais, tidak ada aktivitas di rumah tersebut.

Terpisah, Ketua RT setempat, Carmin, juga mengaku tidak tahu soal keberadaan Madrais. Sebab, rumah Madrais cukup jauh dari rumahnya. Hal yang sama ia katakan pula kepada petugas dari Polda Metro Jaya yang bertanya perihal Madrais yang datang belum lama ini.

“(Polisi) tanya-tanya minta data. Saya juga jawab enggak tahu,” aku dia.

Ponpes Milik Madrais

Madrais juga diketahui memiliki Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Amal yang tidak jauh dari rumahnya. Saat CNNIndonesia.com mencoba masuk ke pesantren tersebut, petugas jaga ponpes melarang dengan alasan bahwa tempat tersebut tidak menerima tamu.

Salah seorang pejaga Ponpes mengatakan, Madrais tidak ada di tempat. Saat CNNIndonesia.com meminta izin mewawancara guru, penjaga itu pun tidak memperkenankan. Larangan pun berlaku untuk pengambilan gambar lokasi Ponpes.

“Harus ada izin dahulu,” aku penjaga tersebut, yang kemudian meminta CNNIndonesia.com keluar dari lingkungan Ponpes.

Tak lama, datang sebuah mobil berwarna hitam yang ditumpangi dua orang pria dewasa. Salah satu dari mereka lalu turun dari mobil untuk membuka pagar Ponpes yang tertutup rapat.

CNNIndonesia.com lalu meminta izin untuk mewawancara keduanya. Namun, keduanya enggan meladeni permintaan tersebut. “Kita mau manasik. Enggak bisa,” tutur salah satu pria tersebut, dengan nada ketus.

Kabar penangkapan Minhati ini, kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Rikwanto, diterima pihaknya dari Kepolisian Cagayan de Oro, pada Minggu (5/11). Minhati disebut sebagai WNI asal Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Penangkapan itu dilakukan oleh pasukan gabungan angkatan bersenjata dan polisi Filipina di Steele Makers Village, Tubod Iligan City, pada Minggu (5/11) sekitar pukul 09.30 waktu setempat. Saat itu, Minhati ditangkap beserta enam anaknya.

Minhati yang lahir di Bekasi, 9 Juni 1981, berdasarkan catatan imigrasi Filipina, Minhati tiba di Manila tahun 2015. Visanya telah habis masa berlakunya pada 30 Januari 2017.

Dilansir dari CNN Filipina, Minhati masuk dalam daftar buron otoritas Filipina terkait aktivitas suaminya sebagai petinggi ISIS yang sempat menguasai Marawi.

Omarkhayam sendiri saat ini sudah tewas saat operasi militer tentara Filiphina 16 Oktober lalu. Pimpinan tertinggi ISIS di Marawi, Isnilon Hapilon juga tewas di saat yang sama. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait