Pasukan SAS Diperintahkan Tangkap Atau Bunuh Putra Osama bin Laden

London – Hamza bin Laden, putra mendiang Osama bin Laden, tengah diburu pasukan elite Inggris, SAS. Pasukan elite Inggris ini diperintahkan untuk menangkap atau membunuh pemimpin Al-Qaeda yang kini berusia 28 tahun itu.

SAS atau kependekan dari Special Air Service, merupakan unit pasukan khusus dalam militer Inggris. Unit SAS selama ini banyak menjalankan misi-misi khusus seperti misi pengintaian diam-diam, pemberantasan terorisme, serangan langsung dan penyelamatan sandera.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada Agustus 2015, menyebut Hamza secara resmi diumumkan sebagai anggota jaringan kelompok teror itu. Namun dilaporkan media Inggris, The Sun dan Daily Star, seperti dilansir news.com.au, Rabu (4/10), Hamza kini telah memimpin Al-Qaeda, mengikuti jejak mendiang ayahnya. Osama tewas dalam operasi Angkatan Laut AS (US Navy Seals) di Pakistan tahun 2011 lalu.

Dalam laporan terbarunya, Daily Star menyebut pasukan khusus Inggris, SAS, telah melancarkan misi rahasia untuk memburu Hamza. Misi rahasia itu bertujuan untuk ‘membunuh atau menangkap’ Hamza.

Bacaan Lainnya

Otoritas intelijen memperingatkan bahwa Hamza secara ‘aktif’ terlibat terorisme dan tengah merencanakan serangan ke negara-negara Barat. Dia menghilang beberapa minggu sebelum ayahnya tewas di Abbottabad, Pakistan tahun 2011. Dua tahun kemudian, Hamza kembali muncul dalam pesan video yang isinya memuji serangan teror di London, Inggris.

Sejumlah video propaganda juga menunjukkan Hamza yang masih muda, menjalani pelatihan di kamp teroris. Tahun 2015 dan 2016, lewat rekaman audio, Hamza menyerukan serangan teror terhadap negara-negara Barat dan mengancam akan membalas AS atas kematian ayahnya. Awal tahun ini, AS memasukkan Hamza ke dalam daftar teroris global atau Specially Designated Global Terrorist (SDGT).

Hamza diyakini bersembunyi di Pakistan, namun pada Mei tahun ini, sumber intelijen yang bekerja untuk negara Barat menyebutkan soal keberadaan Hamza di Suriah. Sumber intelijen itu juga mengkonfirmasi Hamza sedang merencanakan serangan besar ke negara Barat.

Informasi soal keberadaan Hamza di Suriah itu membuat Badan Intelijen Pusat AS (CIA) memasukkannya dalam daftar pengawasan teror. Oleh otoritas Inggris, nama Hamza juga dimasukkan dalam daftar 10 target bernilai tinggi dan menjadi target ‘Operation Shader’, operasi Inggris melawan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Dalam misi rahasia untuk mencari Hamza, hingga 40 personel SAS dikerahkan ke Suriah. Para personel SAS itu didukung oleh drone dan pesawat-pesawat pengintai canggih yang bisa mendeteksi komunikasi antara militan, menggunakan sistem pengenalan suara berteknologi tinggi. Dalam misi ini, tim berencana membunuh Hamza dalam serangan drone atau jika dimungkinkan, menangkapnya hidup-hidup.

“Hamza akan ditemukan cepat atau lambat, dia akan melakukan kesalahan kecil dan kami akan menunggunya,” tegas sumber intelijen senior Inggris yang memahami misi rahasia ini. (mb/detik)

Pos terkait