Pawai TK Bercadar, TNI AD Akui Yayasan Berada di Bawah Kodim

Metrobatam, Jakarta – Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Kolonel Arh Chandra Wijaya mengakui Taman Kanak-kanak (TK) Kartika V-69 Probolinggo berada di bawah kesatuannya. TK tersebut sempat menggelar pawai bercadar dan membawa replika senjata api yang kemudian menjadi kontroversi.

Chandra menjelaskan TK Kartika V-69 berada di bawah naungan Yayasan Kartika milik TNI AD di bawah Komando Distrik Militer 0820/Probolinggo.

Menurutnya, pawai tersebut dilakukan atas inisiatif eks Kepala Sekolah TK Kartika V-69 Hartatik. Chandra mengatakan kegiatan itu tanpa sepengetahuan maupun koordinasi dengan para pimpinan Kodim Probolinggo terlebih dulu.

“Memang betul yayasan itu berada di bawah Kodim Probolinggo. Tapi belum ada koordinasi sebelumnya [penggunaan pakaian dan atribut],” kata Chandra kepada CNNIndonesia.com pada Kamis (23/8).

Bacaan Lainnya

Chandra mengatakan pihaknya telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran TNI AD yang memiliki yayasan pendidikan agar memperhatikan detail materi kegiatan di tiap-tiap sekolah agar tak menimbulkan kontroversi.

Hal itu ia katakan untuk merespons kontroversi pawai murid Taman Kanak-kanak TK Kartika V-69 Probolinggo yang menggunakan cadar dan membawa replika senjata api.

“Ke depannya tentu kita akan memeperhatikan hal-hal detail materi seperti ini, karena bagaimanapun juga untuk TK [Yayasan Kartika] ini di bawah kita, ini jadi perhatian kita juga agar tak jadi kontroversi lagi,” kata Chandra.

Chandra mengatakan sanksi pemberhentian Hartati sebagai Kepala Sekolah TK Kartika V-69 oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Probolinggo patut diapresiasi dan sudah cukup untuk menghentikan polemik tersebut.

Ia pun berjanji ke depan pihaknya bakal mengawasi proses dan materi pembelajaran bagi sekolah-sekolah di bawah yayasan milik TNI AD agar tak menimbulkan kontroversi kembali.

“Tentu kita bakal ikut mengawasinya, dan itu juga sudah diberikan sanksi kepala sekolahnya di mutasi, sudah cukup lah bagi kita,” pungkasnya

KPAI Apresiasi Pencopotan Kepala Sekolah

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Retno Listyarti turut mengapresiasi langkah Dinas Pendidikan. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Probolinggo yang memberhentikan Hartati sebagai Kepala Sekolah TK Kartika V tersebut.

Retno mengimbau kasus di TK Kartika V tak bisa disepelekan dan harus menjadi catatan serius agar peristiwa serupa tak terjadi pada sekolah lainnya.

Ia mengatakan kemungkiman kasus tersebut bisa terjadi di berbagai tempat namun tak terekspose lantaran kejadiannya tak viral seperti yang terjadi di TK Kartika V.

“KPAI juga sudah mempertanyakan dari awal, bagaimana sekolah menyimpan atribut cadar dan replika senjata sejak 2016, KPAI saat kasus ini viral sudah mendorong hal ini didalami pihak berwenang,” kata Retno berdasarkan keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com.

Retno mengatakan simbol cadar hitam dan replika senjata yang digunakan sebagai atribut pawai siswa TK itu turut mengingatkan pada atribut kelompok terorisme global Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Ia mengatakan seharusnya atribut bernuansa kekerasan harus dijauhkan dan tak diajarkan dalam sistem pendidikan anak-anak.

“Senjata dan cadar hitam sudah mengarah pada gerakan terorisme, salah satu simbol kekerasan yang seharusnya dijauhkan dari anak-anak. Pendidikan mesti steril dari hal-hal kekerasan seperti itu,” kata dia.

Retno lantas mengatakan materi pendidikan dan pembelajaran bagi anak usia dini seharusnya dapat mempertajam pemikiran dan memperhalus perasaan para siswa, bukan justru sebaliknya.

“Pendidikan juga harusnya mampu menyemai keragaman di negeri yang majemuk ini atau dengan kata lain pendidikan wajib memperkuat nilai-nilai kebangsaan,” ujarnya.

Sebelumnya, Kota Probolinggo, Jawa Timur, diviralkan dengan pawai murid Taman Kanak-kanak. Namun pawai saat perayaan kemerdekaan itu justru dicederai dengan simbol kekerasan, membawa replika senjata api.

Pawai Budaya itu digelar Sabtu (18/8) pagi dengan rute Jalan Panglima Sudirman (depan Pemkot) -Jalan Suroyo-Alun-alun itu diikuti 158 anak Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK). Salah satu TK menampilkan anak-anak berpakaian hitam bercadar dan membawa replika senjata laras panjang.

Sontak pawai ini viral di media sosial, beberapa akun FB juga melakukan protes. Warganet (netizen) pun ramai mengomentarinya. Bahkan organisasi kepemudaan juga ikut protes seperti GMNI, IPNU, GP Ansor dan Gusdurian Probolinggo. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait