PDIP dan PBNU Kutuk Kasus Penganiayaan Ninoy Karundeng

Metrobatam, Jakarta – PDIP dan PB NU mengutuk kasus penculikan dan penganiayaan pendukung Jokowi, Ninoy Karundeng. PDIP menyebut partainya anti-kekerasan.

“Kita anti-kekerasan. Demokrasi tidak boleh dijalankan dengan berbagai upaya provokasi dan tindak kekerasan. Karena kita memahami nilai-nilai kemanusiaan itu harus diwujudkan. Karena itulah kita untuk memperkuat Polri, memperkuat keamanan dibantu oleh seluruh elemen bangsa. Demikian pula TNI dalam menjaga kedaulatan bangsa,” ujar Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kepada wartawan di Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jakarta Selatan, Selasa (8/10/2019) malam.

“Dengan demikian kami mengutuk mereka-mereka yang telah melakukan penganiayaan secara tidak bertanggungjawab tersebut. Tradisi kekerasan harus dihilangkan dalam demokrasi dan negara hukum kita,” imbuhnya.

PDIP mengaku telah memantau kasus ini. PDIP juga telah berkoordinasi ke kepolisian mengenai kasus Ninoy.

Bacaan Lainnya

“Ya kami telah melakukan komunikasi. Bahkan pada saat itu ketika yang bersangkutan belum ditemukan, kami juga melakukan koordinasi yang intensif dengan aparat keamanan termasuk jajaran partai untuk memberikan perhatian,” kata Hasto.

Sementara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyebut tindak kekerasan yang dialami oleh pegiat media sosial Ninoy Karundeng di kawasan Pejompongan saat demo 30 September harus diselesaikan melalui proses dialog.

Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini menegaskan pihaknya mengutuk keras segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh siapapun.

“Saya kira PBNU dalam hal ini mengutuk segala tindak kekerasan yang dilakukan siapapun,” kata Helmy kepada wartawan di kantor PBNU, Selasa (8/10).

Menurut Helmy penyelesaian masalah tersebut harus dilakukan dengan tenang. Ia mengingatkan kembali bahwa Indonesia adalah bangsa yang beradab, sehingga diperlukan dialog dalam menyelesaikan masalah.

“Mari kita duduk bersama untuk menyelesaikan masalah ini dengan dialog,” katanya.

Buktikan di Sidang, Siapa yang Halu?

PA 212 menyebut Ninoy Karundeng mungkin sedang mengarang cerita dan berhalusinasi karena mengaku mengenali muka dan ciri-ciri pelaku yang menganiayanya. Rekan Ninoy sesama relawan Joko Widodo (Jokowi), Jack Boyd Lapian, meminta PA 212 membuktikan ucapannya di persidangan.

“Mari kita buktikan di persidangan, yang halusinasi siapa? Jadi jangan kita ujug-ujug membuat asumsi atau opini sendiri, tidak,” kata Jack kepada wartawan, Rabu (9/10/2019).

Jack percaya polisi akan menangani kasus Ninoy dengan profesional. Menurutnya, semua fakta dalam kasus Ninoy akan terbuka di persidangan.

“Jadi kalau dibilang halusinasi atau apa, saya berpikir, sekarang sederhana aja, selesaikan semuanya ini di kepolisian, lalu lanjut P21, lalu masuk ke pengadilan. Jadi kita buat terang, baik itu bukti maupun fakta-fakta di persidangan. Jadi jangan membuat opini yang menyesatkan publik,” ujarnya.

Sebelumnya, relawan Ninoy mengaku mengenali muka dan ciri-ciri pelaku yang menganiayanya. PA 212 menyebut Ninoy mungkin sedang mengarang cerita.

“Saat itu keadaan jiwanya amat trauma dipukuli massa secara sehingga psikologis nggak mungkin. Kabarnya dibantu diselamatkan oleh pengurus masjid. Dalam hal ini, tanyakan saja ahlinya, yakni ahli jiwa. Jadi bisa jadi dia Ninoy membual dan ‘halu’ (halusinasi) atau mengarang,” kata Kadiv Hukum PA 212 Damai Hari Lubis kepada wartawan, Selasa (8/10).

Damai menyarankan agar penyidik melibatkan ahli medis untuk menyembuhkan trauma yang dialami Ninoy. Damai lantas mencontohkan kejanggalan pemanggilan rekannya Novel Bamukmin.

“Penyidiknya menurut saya libatkan dulu medis. Artinya, disembuhkan dulu luka-lukanya atau guncangan jiwa traumanya. Buktinya rekan saya di aliansi anak bangsa dipanggil jadi saksi hanya oleh karena dia dengar ada kata habib. Faktanya penyidik menyatakan bukan habib Novel rekan saya,” ujar dia. (mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *