Pembakaran Polsek Ciracas, Puncak Kekecewaan Penegakan Hukum

Metrobatam, Jakarta – Insiden pembakaran Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Ciracas, Jakarta Timur dinilai sebagai akumulasi atas kekecewaan penegakan hukum. Demikian disampaikan pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISeSS) Bambang Rukminto.

Bambang mengatakan sebuah aksi pembakaran pasti memiliki latar belakang. Menurutnya, hal yang melatarbelakangi insiden pembakaran Mapolsek Ciracas ialah munculnya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Dalam hal ini kesenjangan antara harapan penegakan hukum jauh dari fakta.

“Akumulasi dari kekecewaan terkait kesenjangan tersebutlah yang menyebabkan munculnya aksi,” kata Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (12/12).

Insiden pembakaran yang dilakukan oleh sekelompok orang tersebut sangat memprihatinkan dan melahirkan tanda tanya terkait kinerja aparat keamanan di Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Ini harus dibaca juga sebagai sinyalemen bahwa ada yang salah dengan kinerja kepolisian kita,” kata Bambang.

Bambang menganggap pembakaran markas polisi adalah masalah yang sangat serius karena terkait kewibawaan aparatur pemerintah yang seharusnya dijaga untuk memastikan pelaksanaan hukum berjalan.

Di sisi lain, kata Bambang, pembakaran Mapolsek Ciracas juga memperlihatkan polisi sebagai aparat yang berwenang menjaga ketertiban serta keamanan masyarakat dan negara gagal membangun partisipasi publik di bidang keamanan.

Lebih jauh, Bambang menyoroti fungsi intelijen dalam mengantisipaso pembakaran Mapolsek Ciracas. Menurutnya, intelijen seharusnya dapat mendeteksi tindak pembakaran yang hendak dilakukan sekelompok orang itu secara dini karena sebuah aksi yang dilakukan sekelompok massa membutuhkan waktu dan tak bisa dilakukan secara instan.

“Jeda waktu ini yang harus peluang fungsi intelijen untuk deteksi dini terhadap potensi gangguan keamanan. Mengapa deteksi dini tersebut tak berjalan?” katanya.

Dia berpendapat, banyak faktor yang bisa jadi penyebab kegagalan intelijen mendeteksi insiden pembakaran Mapolsek Ciracas secara dini. Salah satunya, kekecewaan di internal kepolisian terkait reward and punishment (penghargaan dan hukuman).

“Tak adanya reward pada yang berprestasi, bahkan punishment pada yang tak berprestasi bisa jadi memunculkan kekecewaan di internal yang mengakibatkan menurunnya kinerja personel,” ujar dia.

Bambang menambahkan, evaluasi terkait insiden pembakaran ini tidak bisa hanya diletakkan pada satu institusi Polsek Ciracas atau satuan intelijen dan keamanan saja karena kerja kepolisian harus dilakukan secara integral.

“Polsek Ciracas hanya salah satu poin sasaran saja, karena ini bisa terjadi di mana saja. Ini bisa dijadikan bahan introspeksi pada Polri secara umum,” kata dia.

Polri Harus Berbenah

Terpisah, pengamat kepolisian dari ISeSS lainnya Khairul Fahmi menyikapi insiden pembakaran Mapolsek Ciracas dengan mendorong Polri untuk berbenah serius agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebaik-baiknya sesuai undang-undang dan serius menghilangkan praktik-praktik buruk yang masih kerap terjadi hingga saat ini.

Menurutnya, pemberian pelayanan yang baik akan mengurangi ketidakpuasan dan menggalang dukungan yang lebih signifikan dari masyarakat untuk kerja kepolisian.

“Polri butuh itu semua untuk menghadapi situasi yang tak terhindarkan macam ini secara konstruktif,” ucapnya lewat pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Rabu (12/12).

Menurutnya, insiden pembakaran Mapolsek Ciracas menunjukkan dan mengakibatkan sebagian masyarakat kehilangan rasa takut pada institusi kepolisian.

Sebagai institusi pelindung dan pengayom masyarakat, lanjut dia, Polri semestinya mampu menjaga diri. Insiden pembakaran Mapolsek Ciracas, lanjut Khairul, juga seharusnya tidak terjadi.

Menurutnya, aparatur negara lain harus menghormati institusi kepolsian agar tidak kehilangan kepercayaan masyarakat.

“Sesuatu yang mestinya bisa dijaga dengan baik oleh Polri sebagai pelindung dan pengayom. Sesuatu yang mestinya ikut dijaga dan dihormati oleh aparatur negara yang lain agar rakyat tak kehilangan kepercayaan,” ujarnya.

Polisi belum bisa memastikan motif di balik pembakaran Mapolsek Ciracas pada Rabu (12/12) dini hari. Polisi sendiri telah membentuk tim gabungan yang berisi anggota dari Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Timur untuk mengusut insiden ini.

Polisi pun mengaku tengah menyidiki dugaan insiden pengeroyokan anggota TNI oleh sejumlah juru parkir di Cibubur, Jakarta Timur pada Senin (10/12) melatarbelakangan Pembakaran Mapolsek Ciracas.

“Keterkaitan itu sedang didalami juga,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di Markas Besar (Mabes) Polri, Jakarta Selatan pada Rabu (12/12).

Komando Daerah Militer Jaya (Kodam Jaya/Jayakarta) pun telah melakukan penyelidikan dugaan keterlibatan anggotanya dalam peristiwa pembakaran Mapolsek Ciracas.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya Kolonel (Inf) Kristomei Sianturi mengatakan Polisi Militer (POM) TNI AD telah berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya untuk mengusut tuntas kasus pembakaran yang disebut-sebut terkait dengan kasus pengeroyokan anggota TNI beberapa hari sebelum kejadian.

“Pom TNI AD dan Polda Metro tengah mengusut kasus pembakaran Mapolsek Ciracas apakah ada keterlibatan oknum TNI AD,” kata Kristomei seperti dikutip Antara. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait