Pemerintah Harus Bantu Kaum Milenial Agar Mudah Dapat Rumah

Metrobatam, Jakarta – Saat ini di Jakarta, penghasilan milenial masih menumpuk di level bawah kelas menengah. Kelompok ini tidak mendapatkan fasilitas bantuan pembiayaan dari pemerintah, karena tidak masuk dalam kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), lantaran penghasilannya di atas Rp 4,5 juta per bulan.

Sedangkan suplai properti di Jakarta harganya yang paling banyak Rp 480 juta ke atas atau 95% dari total suplai, di mana harga rumah dengan nilai tersebut hanya mampu dicicil oleh masyarakat yang penghasilannya lebih dari Rp 12 juta per bulan.

Corporate Secretary Intiland, Theresia Rustandi menuturkan, pemerintah seharusnya bisa memberikan bantuan pembiayaan kepada mereka yang memang kategorinya ‘nanggung’ ini.

“Ini sebenarnya adalah pasar yang juga harusnya dibantu oleh pemerintah. Karena gaji Rp 4 juta dengan Rp 7 juta di Jakarta itu enggak ada bedanya. Kalau pengembang itu hitung-hitungannya kan ada hal-hal yang enggak bisa ditekan-tekan lagi,” katanya kepada detikFinance saat dihubungi di Jakarta, Kamis (23/3).

Bacaan Lainnya

“Paling gampang itu pakai standar pemerintah, kalau untuk rusunami (apartemen) harganya di Jakarta sekitar Rp 400 juta, itu untungnya sudah enggak ada. Sekarang faktor yang paling utama itu pendanaan. Yang susah dari kaum menengah yang pas-pasan adalah dia tidak masuk MBR, tapi enggak masuk juga susah beli rumah,” sambungnya.

Mekanisme bantuan pembiayaan dirasa juga perlu diberikan kepada kaum ini lantaran penghasilannya yang tidak sesuai dengan ketersediaan suplai properti yang harganya pas di kantong mereka (kaum milenial berpenghasilan menengah ‘nanggung’).

“Misalnya DP rumahnya sama seperti FLPP. Misalnya DP cuma 1%. Karena buat mereka kan susah juga bayar DP. Lalu yang kedua, mereka juga boleh mendapatkan fasilitas yang sama dengan MBR, misalnya kreditnya panjang, bisa 25 tahun sehingga mereka mampu sebulannya lebih rendah. Misalnya faktor-faktor biaya PPn ditiadakan, BPHTB di-nolkan. Oleh sebab itu, yang harus dilakukan sama-sama adalah coba dilihat ini berapa besar pasarnya,” jelas Theresia. (mb/detik)

Pos terkait