Pemerintah Tawarkan Gas Blok Masela ke LG dan Lotte

Metrobatam, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengaku telah menawarkan dua perusahaan Korea Selatan untuk membangun industri petrokimia demi menyerap gas pipa dari blok Masela. Kedua perusahaan tersebut adalah LG Chemical dan Lotte Chemical Corporation.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan, tawaran itu disampaikan dalam lawatannya ke Korea Selatan pada pekan lalu. Ia mengatakan, penawaran itu dibuat karena kedua perusahaan itu serius ingin melanjutkan investasi di sektor petrokimia, baik dari sisi hulu maupun hilir.

“Kepada Lotte, kami membahas pengembangan di Masela, tapi masih butuh data-data yang diperlukan. Sementara itu, LG Chemical ditawarkan gas masela karena mereka minat untuk petrokimia, baik berbasis gas maupun naphtha,” papar Airlangga di Kementerian Perindustrian, Senin (10/7).

Kendati demikian, kedua perusahaan asal negeri gingseng tersebut belum mengamini tawaran tersebut. Direktur Industri Kimia Dasar Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam menuturkan, kedua perusahaan tersebut memiliki fokus pengembangan industri petrokimianya masing-masing di Indonesia.

Bacaan Lainnya

LG Chemical, misalnya, masih fokus untuk mengembangkan industri petrokimia yang rencananya akan dibangun di kawasan industri Teluk Bintuni. Dalam beberapa waktu mendatang, LG Chemical direncanakan akan mengajukan proposal untuk bergabung dengan kosorsium pengelola kompleks pengelola Bintuni, yakni PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Ferrostaal GmbH.

Adapun, proposal ini akan ditawarkan jika Pupuk Indonesia dan Ferrostaal sudah menyepakati masing-masing besaran proporsinya di proyek bersama itu. Namun, ia berharap kesepakatan ini bisa terealisasi mengingat gas dari lapangan Kasuri yang dikelola Genting Oil Pte Ltd sebesar 170 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dipastikan akan disalurkan ke kawasan industri Teluk Bintuni.

Namun, jika proyek Bintuni tak terlaksana, pemerintah baru akan menawarkan LG Chemical untuk membangun proyek di Masela.

“Mereka minatnya di Bintuni, sudah tiga atau empat tahun lalu menyatakan minta tapi tidak pernah di-follow up. Kami harap, tahun ini sudah bisa terealisasi, karena kan tahun ini harusnya kerja sama antara hulu dan industri sudah dalam bentuk kontrak. Kalau gagal di Bintuni bisa ditawarkan ke Masela,” imbuh Khayam.

Sementara itu, saat ini Lotte Chemical juga fokus di dalam proyek petrokimia berbasis ethylene di Cilegon, Banten dengan nilai investasi US$3,5 miliar. Adapun, saat ini Lotte masih melakukan pembebasan lahan seluas 100 hektare (ha) di kompleks industri Krakatau Steel.

“Kalau untuk Lotte sendiri mereka masih fokus untuk menambah jetty, atau dermaga khusus untuk menurunkan dan mengangkut barang,” jelasnya.

Sebagai informasi, kepastian penyerapan gas Masela menjadi krusial agar kontrakto blok Masela, Inpex Corporation bisa melakukan kajian awal konfigurasi kilang, atau yang biasa disebut Preliminary Front End Engineering Design (Pre FEED). Jika pembeli gas sudah berkomitmen dan melakukan kontrak, maka kapasitas final kilang LNG bisa ditentukan.

Jika gas pipa bisa diserap sebanyak 474 MMSCFD, maka kilang LNG Masela diharapkan memiliki kapasitas 7,5 million ton per annum (MTPA). Sementara itu, jika penyerapan gas pipa tak mencapai angka yang dimaksud, maka kilang LNG Masela akan dibangun dengan kapasitas 9,5 MTPA dan hanya alirkan gas pipa sebesar 150 MMSCFD.

Pemerintah sendiri berharap komitmen penyerapan gas ini dalam bentuk kontrak dengan syarat dan ketentuan tertentu. Kontrak ini diharapkan bisa ditandatangani dalam jangka waktu tiga bulan sebelum Inpex melakukan Pre-FEED.

Sebelumnya, Kemenperin menyodorkan tiga perusahaan yang berencana menyerap gas pipa Masela, yakni Pupuk Indonesia, PT Kaltim Methanol Industry, dan PT Elsoro Multi Pratama. Selain itu, PT PLN (Persero) juga berencana masuk ambil gas masela sebesar 60 MMSCFD untuk pembangkit berkapasitas 300 Megawatt (MW). (mb/cnn indonesia)

Pos terkait