Penderita TB di Batam Meningkat, Wako Ingatkan Berobat Sampai Tuntas

Ilustrasi Penderita TB

Metrobatam.com, Batam – Walikota Batam, Muhammad Rudi mengatakan beberapa tahun lalu sempat terjadi kasus tuberculosis (TB) dengan pasien cukup banyak di pulau. Pulau dinilai lebih rawan karena lokasinya yang jauh dari kota sehingga pengobatan memerlukan biaya lebih besar. Oleh karena itu pemerintah berupaya menekan angka tersebut dengan menurunkan tenaga kesehatan ke pulau-pulau.

“Tiga tahun lalu di Karas banyak penyakit TB. Hari ini sudah netral. Karena ada bidan dan perawat yang datang tiga-dua hari sekali. Maka bidan perawat perlu diberi ilmu juga. Supaya yang jauh-jauh bisa tertangani,” ujarnya saat Pencanangan Temukan dan Obati Sampai Sembuh (TOSS) TB di Pelabuhan Internasional Sekupang, Rabu (13/4).

Rudi mengatakan jumlah penderita TB di Batam tahun 2016 lalu meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pada 2014 jumlah penderita TB sebanyak 829 dengan kasus selesai 324, atau 39 persen. Kemudian jumlah penderitanya menurun di 2015, sebanyak 605 kasus dan yang selesai 364 kasus. Angkanya kembali meningkat di 2016 sebanyak 833 kasus, yang terselesaikan 173.

“Puskesmas harus rajin ke lapangan. Kalau tidak kita cegah, siapa saja berhadapan pindahlah penyakit itu. Pencegahan ini lebih banyak lebih bagus. Mereka tidak mungkin diisolasi. Dan biaya untuk pengobatan ini sangat besar kalau sampai tersebar banyak. Maka lebih baik kita cegah,” kata dia.

Bacaan Lainnya

Ia juga meminta Dinas Kesehatan menyiapkan anggaran untuk antisipasi apabila dana yang disiapkan lembaga kesehatan dunia tidak cukup. Menurutnya anggaran pengobatan TB ini didapat dari dunia internasional sebesar Rp 1,8 juta untuk pengobatan intensif selama enam bulan.

“Kalau tidak cukup, bantu dari daerah. Jangan sampai belum selesai pengobatannya karena biaya tidak cukup,” kata Rudi.

Pengobatan yang tidak tuntas pada penderita TB ini dapat menyebabkan kondisi yang lebih parah. Pasien yang mangkir dari pengobatan intensif berisiko terkena multi drugs resistance (MDR). Artinya tubuh pasien menjadi tahan terhadap efek obat.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Batam, Sri Rupiati mengatakan terdapat 34 pasien MDR TB di Provinsi Kepulauan Riau.

Ia mengingatkan bahwa pengobatan TB ini harus dilakukan intensif selama enam bulan. Jika sudah masuk tahap MDR maka paket pengobatannya akan lebih mahal. maka perlu pencegahan.

“TB mangkir ada. Itu harus dicegah. Maka kita turun, ada namanya kader pengawas menelan obat untuk penderita yang mangkir tidak mau berobat tadi,” kata Sri.

Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas IB Batam, Anas Maruf mengatakan gerakan TOSS TB ini bertujuan untuk memberikan pelayanan pengobatan yang berkualitas bagi penderita TB di tengah masyarakat.

“Karena menemukan dan mengobati TB sampai sembuh itu merupakan tantangan,” ujarnya.

MCB

Pos terkait