Perekrut JAD: Cuci Otak ‘Pengantin’ Teror Cuma Butuh 15 Menit

Metrobatam, Jakarta – Serangan bom menjelang Ramadan di empat tempat di Kota Surabaya, Jawa Timur, menguak fakta jejaring teroris masih sangat subur dan berkembang di Indonesia. Penyebabnya adalah para penebar ideologi radikal masih berkeliaran.

Peran para penebar ideologi radikal sangat berpengaruh dalam aksi ‘jihadis’. Mereka hanya butuh hitungan menit menyusupkan pemikirannya hingga simpatisan terhadap aksi jihad mau mengorbankan diri.

Perekrut ‘pengantin’ kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD), Abu Mukafi, mengaku tidak butuh waktu lama dalam proses indoktrinasi, sebelum melakukan serangan. Namun hal itu hanya manjur untuk orang-orang yang telah menjadi kader gerakan teror.

“Kalau dia sudah jadi, sudah paham, mungkin 15 menit sampai 25 menit kita beri tahrib, jadi,” kata Abu Mukafi kepada CNN Indonesia dalam wawancara di sebuah tempat di Jawa Tengah, Kamis (17/5).

Bacaan Lainnya

Mukafi mengakui JAD adalah kelompok pengikut Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka tersebar di sejumlah tempat di Indonesia, tetapi tidak seluruhnya pernah mencicipi medan tempur di Suriah.

Menurut Mukafi, seluruh anggota JAD terhubung dan rutin berkomunikasi satu sama lain, serta menerima pesan dari pimpinan mereka di Timur Tengah. Dia menyatakan ada alasan khusus mengapa kelompok itu menamakan diri Jemaah Anshorut Daulah.

“Tergantung kekuatan yang mereka miliki. Di Indonesia disebut JAD karena riilnya mereka tidak memiliki kekuatan, mereka ini sekedar sel tidur. Manakala mereka mampu, mereka bergerak. Mereka lebih jujur menyebut diri mereka jemaah karena belum memiliki wilayah,” ujar Mukafi.

Mukafi lantas membandingkannya dengan pendukung ISIS di selatan Filipina, yang sempat menduduki Kota Marawi. Di sana, mereka sudah wilayah kekuasaan dan mampu berhadapan melawan pemerintah lokal.

“Mereka sudah memiliki wilayah kekuasaan, yang mana thogut lokal, penguasa lokal, enggak bisa sembarangan masuk ke wilayah mereka,” kata Mukafi.

Janji Tujuh Pahala Jihad

Sebelum seorang pelaku teror atau serangan bom bunuh diri melakukan aksinya, Mukafi terlebih dulu mempersiapkan sang ‘pengantin’. Dia akan memberikan taklimat dengan mengetengahkan hadits Nabi Muhammad S.A.W., tentang tujuh pahala para mujahid, salah satunya soal dinikahkan dengan 72 bidadari.

“Itulah materi-materi tahrib. Jadi orang-orang yang mati syahid akan mendapat tujuh pahala. Di antaranya dia akan dinikahkan dengan 72 bidadari. Haditsnya enggak salah. itu janji Rasul untuk orang yang mati syahid,” kata Mukafi.

Kemudian, lanjut Mukafi, janji lainnya bagi para pelaku adalah akan diampuni seluruh dosanya ketika darahnya mengucur di medan perang. Setelah itu, kata Mukafi, pelaku juga akan dibebaskan dari siksa kubur.

“Kemudian dia akan diberi keamanan ketika terjadi huru hara di hari kiamat. Yaitu saat tiupan sangkakala yang kedua, saat orang pada sibuk ketakutan ketika dibangkitkan kembali dari kematian,” ujar Mukafi.

Lantas sang mujahid jika syahid bakal bisa memberi ampunan kepada 70 kerabatnya. Dan, mereka yang tewas dalam berjuang akan diberikan mahkota oleh Allah, yang satu bagiannya saja lebih baik daripada dunia dan seisinya.

“Itu memang hadits-hadits Rasulullah yang memberikan semangat orang keberanian melakukan amaliyah,” ujar Mukafi. (mb/detik)

Pos terkait