Rektor Dipolisikan karena Disertasi, Antara Etika Vs Pidana

Metrobatam, Pekanbaru – Mahasiswa S3 Universitas Riau, Komala Sari, mempolisikan dosen pengujinya, Dr Mubarak. Gara-garanya, Komala tak diterima dilempar draf disertasi. Saksi mata menyangkal.

Jauh sebelum itu, Komala sudah membuat gaduh grup WhatsApp mahasiswa S3. Mubarak mencoba bersabar.

“Sejumlah mahasiswa S3 mengatakan komentar dia (Komala) di grup WA bisa dikenakan UU ITE. Tapi saya tak mau. Saya bilang, ya mungkin dia lagi kesal saja,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) itu kepada detikcom, Senin (10/12/2018).

Sejurus kemudian, Komala meminta agar Mubarak diganti sebagai penguji. Mubarak tidak mempermasalahkan. Namun Komala memintanya langsung ke Sekretariat S3 Universitas Riau.

Bacaan Lainnya

“Dia malah marah-marah ke saya, berbicara soal pekerjaan kegiatan proyek. Kegiatan itu sendiri ada di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) di Umri. Memang awalnya saya mengenakan Komala ini ke LPPM di sini. Dia sepertinya kecewa dengan saya soal kerja sama dengan LPPM,” ujar Mubarak.

“Dia tetap marah ke saya soal proyek kerja sama itu. Saya sampaikan ke dia, demi Allah saya tidak mengerti masalah yang dia sampaikan. Kalaupun ada kendala, ya, sampaikanlah secara baik-baik ke LPPM,” lanjut Mubarak.

Sikap Komala membuat emosi Mubarak terpancing. Ia akhirnya tak kuasa menahan emosi dan melempar draf disertasi.

“Saya ambil disertasinya yang ada di depan, saya lemparkan ke pintu. Akhirnya berserak (di ruang tamu). Tidak ada mengenai badannya. Dia mengumpulkannya. Saya langsung merasa iba,” cerita Mubarak.

Peristiwa itu disaksikan oleh Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Riau, Fitri Retno, yang juga ada di ruangan. Menurutnya, perilaku Komala memang sudah kelewatan.

“Saya melihat, sebenarnya sih nggak ada aturan, kalau sama dosen harus begini, sebenarnya nggak. Etika manusia biasa sudah tidak ada di situ (perilaku Komala),” kata Fitri.

Fitri menyebutkan, saat disertasi dilempar memang tidak mengenai Komala. Sebab, posisi Komala berhadapan dengan Mubarak, sedangkan disertasi dibuang ke samping ke arah pintu.

“Itulah yang saya lihat, karena saya ada di tempat itu,” tutup Fitri.

Namun Komala menyikapinya berbeda. Komala memilih melaporkan hal itu ke polisi. Versi Komala, disertasi itu dilempar mengenai tangannya.

“Ketika membahas itu, tiba-tiba beliau melempar disertasi saya setebal lebih dari 250 halaman hingga mengenai tangan saya,” ujar Komala.

Kabid Humas Polda Riau Kombes Sunarto membenarkan adanya laporan tersebut pada 3 Oktober 2018. Sunarto menjelaskan kasusnya tengah dipelajari oleh Dirkrimum.

“Iya, ada laporannya. Namun saya masih belum mendapat informasi perkembangan terakhir penanganan perkaranya,” kata Sunarto.

Dosen Tampar Mahasiswa

Sementara itu seorang dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, Ahmad Senong, melempar buku dan menampar mahasiswanya, Muhammad Yunus. Di mata mahasiswa, dosen ilmu sejarah Islam itu dikenal memiliki pribadi yang sangat baik.

“Dosen andalan ini. Asli baik dan sabar. Pasti, pasti ada pemicu sehingga Pak Puang (Ahmad Senong) berbuat seperti itu,” kata mahasiswa semester VII IAIN Parepare, Tasya, yang ditemui detikcom di kampusnya, Selasa (11/12).

Di mata Tasya, Ahmad Senong merupakan salah satu dosen terbaik yang dia kenal. “Makanya tidak masuk akal. Kalau beliau seperti itu, mungkin mahasiswanya yang kurang ajar,” ujar Tasya.

Tasya mengakui kasus itu sudah santer diomongkan di kampus. “Katanya pembicaraan Pak Dosen selalu dipotong oleh mahasiswa ini. Makanya ada insiden itu. Pihak kampus harus jeli melihat persoalan tersebut,” pinta dia.

Hal senada diungkapkan oleh salah satu alumnus IAIN Parepare, Luki. Dia juga mengaku kaget dan tidak percaya dengan berita penganiayaan yang dilakukan oleh mantan dosennya tersebut.

“Bicara saja dia pelan sekali, saya justru kaget dengar berita itu,” kata Luki.

Sebelumnya, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti-Kekerasan (Amatir) melakukan aksi unjuk rasa atas dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh dosen kepada mahasiswanya. Mereka sempat melakukan orasi, bakar ban, hingga memboikot jalan masuk ke gedung rektorat. (mb/detik)

Pos terkait