Sambut Pemilu, PBNU Sampaikan 5 Pesan Kebangsaan

Metrobatam, Jakarta – PBNU mengajak seluruh masyarakat gembira menyambut Pemilu 2019. PBNU menyampaikan 5 pesan kebangsaan jelang hari coblosan 17 April 2019.

“PBNU memandang perlu menyampaikan beberapa pesan kebangsaan kepada seluruh warga masyarakat NU khususnya dan juga tentu syukur-syukur ajakan dari NU ini bisa didengar oleh warga masyarakat Indonesia lainnya,” kata Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini, di kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Senin (15/4/2019).

Helmy mengatakan PBNU memiliki komitmen yang tinggi agar pemilu berlangsung adil, jujur, demokratis, damai sekaligus memiliki fungsi sebagai sebuah proses di dalam melakukan rekrutmen kepemimpinan baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional. Menurutnya, pemilu adalah bagian upaya untuk terus melahirkan ataupun proses kedewasaan politik bagi warga bangsa Indonesia untuk ke depan terus tumbuh kembang menjadi bangsa yang besar, kokoh dan kuat.

Dalam konferensi pers itu, hadir pula Ketum PBNU Said Aqil Siradj. Helmy lantas mempersilakan Said Aqil menyampaikan lima pesan kebangsaan tersebut.

Bacaan Lainnya

Yang pertama, PBNU Mengajak peran serta seluruh warga negara menyukseskan penyelenggaraan pemilu yang bersih, jujur dan adil dengan menggunakan hak pilihannya dalam mekanisme demokrasi lima tahunan. Pemilu yang jurdil menurut PBNU adalah wasilah (sarana) mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional.

“Karena itu, kepada seluruh warga negara yang telah memenuhi syarat, Nahdlatul Ulama mengimbau agar tidak golput. Gunakan hak pilih dengan nalar dan nurani untuk memilih calon presiden/wakil presiden serta calon-calon wakil rakyat (DPD/DPR/DPRD) yang memenuhi kriteria profetik yang kita kenal dalam bahasa Arab shidiq, tabligh, amanah, dan fathanah,” ucap Said Aqil.

“Kalau kita ringkas semuanya itu ideal. Syarat yang ideal adalah memiliki kecerdasan, tanggung jawab dan kejujuran di samping berani, berani menyampaikan apa yang ada sebenarnya tabligh itu,” imbuh dia.

Yang kedua, PBNU mengajak seluruh jajaran penyelenggara pemilu (KPU/Bawaslu/DKPP), juga Sentra Gakkumdu (Sentra Penegakan Hukum Terpadu) untuk menjamin penyelenggaraan pemilu seadil-adilnya, sejujur-jujurnya, sebersih-bersihnya demi mewujudkan demokrasi Indonesia yang bermartabat.

PBNU meminta penyelenggara pemilu menindak dan jangan pernah berkompromi dengan politik uang (money politics) yang terbukti merusak demokrasi dan menimbulkan cacat legitimasi, merupakan cacat moral juga. “Cacat moral, cacat politik. Orang yang menggunakan money politics pasti itu orang yang akhlaknya rendah, moralnya rendah,” sebut Said Aqil.

Pesan ketiga dari PBNU adalah mereka mengajak kontestan, tim sukses, pendukung, simpatisan, tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh agama dan seluruh warga negara, serta aparat keamanan (TNI/Polri) agar bahu-membahu menciptakan suasana politik yang damai, tidak memprovokasi rakyat dengan berita hoaks dan ujaran kebencian, menerima hasil pemilu dengan legowo dengan suka cita.

“Jika merasa keberatan terhadap hasil pemilu, maka menggunakan prosedur dan mekanisme konstitusional yang tersedia, sebagaimana ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku,” ucap Said Aqil.

PBNU memandang pemilu merupakan pesta demokrasi yang selayaknya dirayakan dengan damai dan tetap menjaga semangat ukhuwah wataniyyah dan ukhuwah insaniyah karena Said Aqil mengatakan itu merupakan prinsip NU.

“Ketua umumnya boleh ganti tapi prinsip itu tidak boleh ganti. NU prinsipnya memperkuat persaudaraan sesama umat Islam, sesama umat sebangsa dan setanah air, sesama umat manusia sampai kapanpun. Islamnya moderat dan toleran,” kata Said Aqil.

Keempat, PBNU menyebut Pemilu 2019 yang merupakan pemilu serentak pertama yang digelar bangsa Indonesia ialah batu uji kesiapan bangsa Indonesia berdemokrasi secara maju dan beradab. Indonesia, katanya, merupakan pintu gerbang timur negara Islam atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Jika bangsa ini bisa menunjukkan pemilu berjalan dengan baik, aman, jujur, adil, Said Aqil menyebut umat Islam, terutama karena mayoritas, akan mendapatkan apresiasi, acungan jempol dari dunia internasional.

“Sedangkan di mana umat Islam di Timur Tengah, ya kita tahulah, setiap hari bom meledak sana-sini, darah mengalir, nyawa menghilang nggak henti-hentinya. Di kita Indonesia walaupun Islam mayoritas tapi mampu menyelenggarakan pemilu dengan damai, jujur, adil dan tetap semangat ukhuwah persaudaraan. Mari kita tunjukkan yang seperti itu. Kita lebih unggul dari dunia lain,” sebut dia.

“Kesuksesan penyelenggaraan pemilu tahun ini akan mengokohkan persepsi dunia bahwa Indonesia–yang mayoritas Muslim–dapat menyandingkan Islam dan demokrasi dalam satu tarikan nafas. Islam dan demokrasi memang saling memperkuat sebenarnya. Islam diperkuat dengan cara-cara perpolitikan demokratis, yaitu musyawarah, syura. Demokrasi juga bisa diperkuat atau diukur dengan dalil-dalil argumentasi-argumentasi baik yang tekstual, rasional maupun historikal,” imbuh Said Aqil.

Terakhir, PBNU memandang pemilu bermartabat merupakan cerminan bangsa yang berbudaya, beradab dan dia mengajak semuanya untuk mewujudkannya. Selain itu, PBNU mengatakan sebuah nilai bangsa, harga bangsa, dilihat dari budayanya. Tanpa budaya, bangsa akan hancur.

“Teknologinya maju misalkan, senjatanya maju tapi budayanya hancur. Hancur juga nilai bangsa itu. Tapi kalau kita masih punya jati diri kepribadian, budaya bangsa. Tapi kita tahulah, teknologi kita, senjata kita, ekonomi kita masih kalah dengan yang lain. Tapi kita masih dihargai oleh semua pihak karena kita punya budaya. Sekali lagi, ini penting sekali. Pemilu bermartabat cerminan bangsa dan budaya. Kalau kita ingin dihormati dunia, marilah kita susun pemilu yang bermartabat,” tuturnya. (mb/detik)

Pos terkait