Saracen, Agent of Chaos yang Menggarap Pasar Kebencian

Metrobatam, Jakarta – Sindikat Saracen terungkap. Saracen yang ini adalah kelompok penyebar isu kebencian bertendensi Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA) di media sosial.

Saracen berperan sebagai agen kekacauan alias agent of chaos. Daya rusaknya tidak main-main, kekacauan yang ditimbulkan bisa meloncat dari layar dunia maya ke tanah dunia nyata. Bila dibiarkan, isu-isu kebencian SARA dan kebencian antarkelompok bisa menggerakkan massa dan menimbulkan kerusuhan.

Polri menyatakan sindikat Saracen punya ribuan akun untuk menyebarkan isu beracun. Produk agitasinya berupa unggahan narasi atau meme. Ada pula anggota Saracen yang bertugas memasang ulang unggahan bermuatan kebencian.

Pemerhati media sosial Nukman Luthfie memandang pekerjaan sindikat model Saracen seperti itu bergerak dalam relung-relung kebencian yang nyata ada. Dunia maya menyediakan pemuasnya, dan Saracen memasok alat pemuas sebagai solusi. Bila diperluas, sebenarnya kebencian ini juga tak terbatas pada isu SARA.

Bacaan Lainnya

“Ini adalah pasar kebencian. Bisa kebencian terhadap partai, pemerintah, aktor politik, atau kepada siapapun. Makanya aku menyebut inilah industri kebencian,” kata Nukman saat berbincang dengan detikcom, Jumat (25/8).

Pada era internet terdahulu, orang-orang membuat konten menarik supaya dapat keuntungan. Mereka memburu klik-klik warganet. Namun sekarang era sudah berubah. Pencari keuntungan via internet tak hanya berburu klik namun juga berhasrat memperluas penyebaran kontennya di media sosial. Ekspansi konten seorang kreator kebencian tentu punya target pasar, yaitu pasar kebencian itu tadi.

Telah ada orang berinisial JAS, MFT, dan SRN yang dicokok polisi terkait Saracen. Kini Polri masih terus mengungkap sindikat Saracen dan memburu kelompok sejenis. Kelompok-kelompok yang beroperasi di jaringan internet ini memang tak bisa dipandang sebelah mata, mengingat efek dari ulah mereka yang bisa mengerikan.

“Bertengkar di dunia maya bisa bertengkar di dunia nyata loh. Bisa-bisa sampai membakar tempat ibadah. Nggak bisa dianggap enteng,” kata Nukman.(mb/detik)

Pos terkait