Seperti Ini Karakteristik Belalang Kembara yang ‘Teror’ Bandara Waingapu

Metrobatam, Jakarta – Serbuan belalang kembara ke Bandara Umbu Mehang Kunda di Waingapu, Sumba Timur, NTT, Sabtu (10/6) kemarin membuat heboh warga setempat. Apa yang membedakan belalang kembara dengan belalang lainnya?

Pengamat pertanian dan hama IPB, Hermanu Triwidodo menyebut belalang kembara akan hidup secara soliter di waktu populasinya rendah. Jika populasi mereka banyak, ini yang menyusahkan.

“Untuk belalang kembara, kalau populasi rendah hidupnya di fase soliter alias sendiri. Kalau banyak, masuk fase gregarious dan kompak menyerbu bareng dalam satu komando. Pada fase gregarious inilah yang paling merusak,” kata Hermanu saat berbincang, Senin (12/6) malam.

Hermanu menjelaskan soal metamorfosis belalang kembara. Belalang kembara punya tingkatan metamorfosis sebelum dewasa, mulai dari telur menjadi nimfa (serangga dewasa tak bersayap). Belalang kembara pun punya keunikan dalam hal bertelur.

Bacaan Lainnya

“Telur diletakkan dalam tanah yang terbuka dan relatih gembur. Telur berumur paling cepat sekitar dua minggu sebelum menetas menjadi nimfa. Tetapi, telur hanya akan menetas jika kelembaban tanah mencapai tingkat tertentu. Hal ini untuk menjamin agar ketika menetas nimfanya terjamin makanannya,” terangnya.

Belalang kembara dalam fase nimfa akan berganti kulit sebanyak lima kali sebelum menjadi serangga dewasa. Perkembangan menjadi serangga dewasa kurang lebih memakan waktu lima minggu.

Jika terjadi kemarau panjang, akan terjadi penumpukan jumlah telur dan akan menetas bersama-sama ketika hujan telah turun dan kelembaban tanah cukup. Di Waingapu sendiri kebetulan terjadi kemarau panjang sehingga populasi belalang kembara pun meledak.

“Jumlah belalang yang jutaan akan bergerak bersama (jika masih dalam fase nimfa) seperti pasukan yang berbaris dan menghabiskan semua tanaman yang dilaluinya dalam hitungan jam, khususnya tanaman monokotil, seperti rumput, jagung, padi, dan lain-lain. Jika fase gregariousnya sudah bersayap, akan terbang seperti awan hitam searah dengan arah angin, mendarat menghabiskan tanaman sambil meletakkan telur kemudian terbang lagi ke pertanaman selanjutnya,” jelasnya.

Pakai Pestisida Kimia

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan pestisida seberat 1 ton guna menghentikan serbuan belalang kembara di Waingapu, Sumba Timur, NTT. Hermanu menyebut, langkah itu kurang tepat.

“Rencana penggunaan pestisida racun kimia untuk mengatasi ledakan, saya menganjurkan untuk tidak dilakukan,” kata Hermanu saat berbincang, Senin (12/6) malam.

Menurutnya, penggunaan pestisida sama saja dengan membuat masalah baru. Kondisi lingkungan Sumba Timur disebut akan turut tercemar oleh pestisida.

“Penggunaan pestisida untuk membasmi belalang akan seperti menggali kubur baru dan mendatangkan petaka, khususnya untuk Sumba Timur dengan savananya plus penggembalaan ternak yang dilepas leluasa. Bahaya sekali untuk kesehatan ternak dan lingkungan (satwa liar burung-burung),” terangnya.

Selain itu, Hermanu mengatakan penggunaan pestisida dapat memicu ledakan hama tanaman jagung. Dia menyarankan pemerintah setempat menggunakan patogen (virus) untuk serangga untuk memberantas belalang kembara.

“Bisa menimbulkan di peternakan dan bisa memicu ledakan hama jagung seperti (serangga) Heliothis dan lain-lain. Mohon dinas dan pemda diingatkan. Penggunaan racun kimia harus dihindari, gunakan patogen serangga,” pungkasnya.(mb/detik)

Pos terkait