Serangan Harimau 2 Hari Beruntun Tewaskan Ternak Warga Lahat

Metrobatam, Palembang – Seekor hewan ternak warga mati diserang oleh harimau di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, Minggu (17/11) malam. Insiden serangan ini tercatat tiga kali terjadi selama dua hari berturut-turut yang menewaskan seekor kambing, seorang warga dan melukai satu warga lainnya.

Sebelumnya dikatakan bahwa penyerangan di Desa Pulau Panas dilakukan oleh macan tutul. Namun Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan meralat dengan menyebut serangan dilakukan oleh harimau.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat BKSDA Sumatera Selatan Martialis Puspito mengatakan rangkaian penyerangan terjadi di dua wilayah yang berdekatan dengan hutan lindung.

Penyerangan pertama di wilayah hutan lindung Gunung Dempo, Kota Pagar Alam. Satu pendaki bernama Irfan (18), warga Kabupaten Musi Banyuasin, terluka parah hingga dilarikan ke rumah sakit. Nyawanya dapat diselamatkan.

Bacaan Lainnya

Sementara serangan kedua terjadi di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat yang berada di dalam kawasan hutan lindung Gunung Patah. Dalam serangan itu seorang warga bernama Kuswanto (58) tewas.

Kuswanto diserang harimau saat sedang menebang pohon di kebun kopi garapannya pada Minggu (17/11). Serangan menyebabkan seekor kambing tewas. Serangan ketiga terjadi di desa dan pada hari yang sama yang sama ketika Kuswanto diserang.

“Kalau ini penyerangan kedua dan ketiga ini kemungkinan besar masih harimau yang sama. Dekatnya jarak hutan lindung dan pemukiman membuat harimau masih berkeliaran di sekitar kawasan,” ujar Martialis.

Kepala BKSDA Sumatera Selatan Genman Suhefti Hasibuan menuturkan penyerangan diduga dilakukan oleh Harimau Sumatera. Sebab, berdasarkan keterangan warga, hewan yang menyerang berwarna putih dan bercorak kuning hitam pada sebagian bahunya.

Dirinya berujar, harimau tersebut merasa terganggu sehingga keluar dari habitatnya. Untuk penyerangan pertama di Gunung Dempo, pihaknya menduga harimau terganggu karena semakin banyak kebun sayur di kawasan tersebut.

Sementara pada penyerangan kedua, jarak permukiman dengan kawasan hutan lindung berkisar 600 meter. Serangan terjadi di kebun yang posisinya berada di kawasan hutan lindung.

“Perambahan hutan oleh masyarakat pun bisa menyebabkan harimau merasa terganggu habitatnya sehingga keluar jauh. Gangguannya bisa berbagai macam, bisa karena karhutla, illegal logging, perburuan, perambahan, atau membuka lahan baru,” ujar dia.

Saat ini petugas BKSDA masih melakukan kajian untuk mengetahui lebih pasti penyebab harimau masuk ke pemukiman serta menyerang warga dan hewan ternak. BKSDA jugamelakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas di kebun karena harimau dikhawatirkan masih berkeliaran di kawasan tersebut.

“Kita juga berkoordinasi dengan Kesatuan Pengelolan Hutan (KPH) selakuk pengelola kawasan untuk pemasangan kamera trap dan pendampingan serta sosialisasi kepada masyarakat penyangga kawasan hutan lindung,” ujar dia. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait