Sinyal di Balik Temu 8 Kepala Daerah Plus AHY di Istana Bogor

Metrobatam, Jakarta – Sejumlah tokoh muda menggelar acara silaturahmi di Museum Kepresidenan RI, Bogor. Namun pertemuan tersebut berlangsung secara tertutup. Menariknya, Agus Harimurti Yudhoyono yang bukan pemimpin daerah, juga turut hadir. Lantas, apa sinyal di balik pertemuan ini?

Diketahui, inisiator acara silaturahmi ini adalah Wali Kota Bogor Bima Arya. Selain itu, setidaknya ada tujuh pemimpin daerah lain yang juga turut hadir. Mereka adalah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Agus Harimurti Yudhoyono turut hadir dalam kapasitasnya sebagai Direktur Eksekutif The Yudhoyono. Lantas, Yenny Wahid sebagai Direktur Wahid Foundation juga hadir belakangan di tengah acara.

Bima Arya mengatakan pertemuan tertutup tersebut diisi dengan pembicaraan tentang bagaimana membangun Indonesia yang damai. Selain itu, pertemuan tersebut juga merupakan bagian dari cara membangun komunikasi yang baik di antara para tokoh.

“Pertama, kami semua hari ini dipersatukan oleh satu hal yang penting, kita cinta Indonesia dan kita cinta perdamaian. Kita ingin Indonesia damai. Seluruh pembicaraan tadi diwarnai energi yang sangat positif dan optimis bangun Indonesia dengan damai, cara kebersamaan dengan bangun komunikasi,” ucap Bima kepada wartawan usai pembicaraan tertutup dengan kepala daerah dan tokoh di Museum Kepresidenan Balai Kirti, Komplek Istana Bogor, Rabu (15/5/2019).

Bacaan Lainnya

Bima juga menerangkan alasan absennya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ilham Habibie, yang sebetulnya turut diundang dalam acara tersebut.

“Dua sahabat yang pertama Anies Baswedan yang saat terakhir ada acara Pemprov di Jakarta sehingga titip salam. Dan satu lagi Pak Ilham Habibie, dan sangat antusias dan insyaallah akan bergabung di kesempatan selanjutnya,” sebut Bima.

Selain itu, dia pun menjelaskan bahwa dalam pertemuan tersebut juga membahas soal kondisi Indonesia pasca-pilpres. Bima menegaskan, semuanya sepakat untuk mendorong agar semua proses sengketa pemilu dapat diselesaikan dalam koridor hukum.

“Kedua, kita diskusi kondisi tanah air pasca-pilpres. Semangat kita sama. Bagaimana agar proses yang ada kita hormati kita berikan tempat pada koridor hukum, sembari komunikasi satu sama lain pererat silaturahmi,” kata Bima.

“Selama hari jelang 22 Mei. Terus kokoh kan kebersamaan minimalisir ruang timbulkan perpecahan. Kita sepakat mari berikan ruang terhormat pada proses hukum. Kita menunggu proses berjalan sesuai konstitusi sehingga 22 Mei kita hormati sebagai proses konstitusi kalau ada yang berbeda harus serahkan ke proses hukum yang berlaku di Indonesia,” tutur Bima.

Melihat acara pertemuan silaturahmi antara para kepala daerah dan sejumlah tokoh, pengamat komunikasi politik UIN Jakarta Gun Gun Heryanto menilainya sebagai sebuah upaya yang positif. Menurut dia, pertemua tersebut bagus untuk menciptakan suasana kondusif pascapilpres.

“Pertemuan-pertemuan sejenis itu bagus-bagus saja. Ini kan ada momentum yang harus diantisipasi semua pihak, karena polarisasi pascapilpres. Dan kepala-kepala daerah ini kan tentu peran mereka juga dibutuhkan untuk membuat suasana menjadi kondusif. Seperti misalnya, Ganjar Pranowo di Jawa Tengah dan Bima Arya di Bogor,” katanya saat dihubungi detikcom, Rabu (15/5/2019).

Kendati demikian, Gun Gun tak menangkap makna bahwa acara ini sebagai penjajakan koalisi.

“Kalau Jokowi yang ngundang, ya mungkin saja ya ada penjajakan koalisi. Karena saya juga tidak tahu apa yang dibahas didalam. Tapi kan ini yang ngundang Bima Arya yang kepala daerah,” ucapnya.

Sementara itu, pengamat politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai pertemuan sejumlah pemimpin daerah di Bogor sebagai langkah untuk proyek Pilpres 2024. Menurut Ujang, tokoh-tokoh inilah yang nantinya bakal menyemarakan Pilpres 2014.

“Semua hari ini, walaupun capres belum diumumkan, tapi langkah-langkah politik partai semuanya sudah menuju ke 2024. Karena, misalkan nanti Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin dinyatakan menang, maka setelah 2024 tokoh-tokoh muda inilah yang akan mengisi,” kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (15/5/2019)

Namun, dia menangkap sinyal menarik dari kedatangan AHY dalam acara tersebut. Dia mengatakan bahwa kedatangan AHY ini sebagai bentuk penjajakan untuk merapat ke koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin.

“Saya menelusuri kan banyak kepala daerah dari Demokrat banyak yang mendukung 01, meskipun Demokrat sendiri mendukung 02. Jadi kalau menurut saya kehadiran AHY ini justru penjajakan sebuah koalisi. Dari pertemuan ini, Demokrat yang sangat tegang dengan kubu 02 akan melangkah lebih jauh. Akhirnya bisa merapat ke kubu 01. Nah, sejatinya itu makna dari datang kedatangan AHY,” tuturnya.

Lebih lanjut, Ujang menjelaskan bahwa kedatangan AHY ini merupakan upaya menyiasati ganjalan psikologis antara Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketum PDIP Megawati Soekarno putri. Pasalnya sejak 2004 kedua Ketum itu belum pernah akur.

“Memang selama ini ada ganjalan psikologis antara SBY dan Megawati. Selama ini kedua tokoh sejak 2004 belum pernah akur. Hambatan psikologis ini disiasati oleh AHY untuk melakukan lobi-lobi. Ini bukan melangkahi SBY. Tapi melatih AHY agar lebih matang. Apalagi tugas kepartaian kan sudah diserahkan ke AHY,” ujarnya. (mb/detik)

Pos terkait