Survei LIPI: Elektabilitas PDIP 24,1%, Gerindra 9,1%, PD 4,4%

Metrobatam, Jakarta – Elektabilitas PDI Perjuangan berada di posisi pertama, diikuti Golkar dan Gerindra. Sedangkan elektabilitas Partai Demokrat berada di papan tengah.

Elektabilitas parpol ini didasari hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Survei digelar pada 19 April-5 Mei 2018 dengan melibatkan 2.100 responden. Margin of error (MoE) survei sebesar +/- 2,14 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

“Elektabilitas PDIP paling tinggi (24,1 persen). Dengan memasukkan hitungan MoE, ada dua partai yang berpeluang mempunyai dukungan suara di atas 10 persen saat survei dilakukan, yaitu Partai Golkar dan Partai Gerindra,” kata peneliti senior Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI Wawan Ichwanuddin dalam paparan hasil survei di Hotel Century Park, Jakarta, Kamis (19/7).

Berikut ini elektabilitas parpol berdasarkan survei LIPI:

Bacaan Lainnya
  • PDI Perjuangan 24,1 persen
  • Golkar 10,2 persen
  • Partai Gerindra 9,1 persen
  • PKB 6 persen
  • PPP 4,9 persen
  • Partai Demokrat 4,4 persen
  • PKS 3,7 persen
  • Perindo 2,6 persen
  • PAN 2,3 persen
  • NasDem 2,1 persen
  • Hanura 1,2 persen
  • PBB 0,7 persen
  • Partai Garuda 0,2 persen
  • PSI 0,2 persen
  • Partai Berkarya 0,2 persen
  • Tidak menjawab 26,1 persen
  • Tidak memilih (golput) 2 persen

Sementara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak mempermasalahkan meraih elektabilitas 0,2% dalam survei LIPI. Sebab, PSI mengakui belum bergerak untuk menaikkan popularitas partai.

“Jadi nggak heran kalau kami memang di survei sekarang memang belum kerja meningkatkan popularitas. Setelah ini kami akan fokus ke sana dan lihat lagi bagaimana hasilnya nanti,” ujar Ketum PSI Grace Natalie kepada detikcom, Kamis (19/7).

PSI punya alasan belum bergerak menaikkan popularitas partai. Pasalnya mereka sebelumnya masih fokus menguatkan infrastruktur partai untuk lolos verifikasi Pemilu 2019.

“Cuma kalau buat kami kemarin itu kita fokus resmi dinyatakan peserta Pemilu kami membuat infrastruktur partai supaya bisa lolos verifikasi dan itu syaratnya maha berat yang ketika itu dikenakan ke partai lama pun mereka nggak sanggup,” terang Grace.

Selain itu, faktor keterbatasan SDM partai menjadi alasan berikutnya. Terlebih PSI sempat fokus untuk menjaring legislator.

“Jadi kami fokus kemarin di situ, kami sumber daya terbatas, kami nggak punya media kayak Hary Tanoe di Perindo misalnya, jadi kami fokus membangun infrastruktur. Kemudian fokus juga merekrut legislator. Jadi memang belum allout, belum fokus meningkatkan awareness atau popularitas atau keterkenalan,” paparnya.

Hal yang sama juga disampaikan Partai Berkarya. Meski begitu, Berkarya yakin dapat melenggang ke Senayan di tahun 2019.

“Gimana kalau Partai Berkarya bukan hanya sekedar lolos threshold, tapi bahkan mendapat limpahan suara rakyat dan berhasil merebut 80 kursi DPR-RI?” ujar Sekjen Berkarya Priyo Budi Santoso kepada detikcom, Kamis (19/7).

Jika berkaca pada hasil survei, Berkarya harus mengejar ketertinggalan 3,8% sebagai syarat minimal lolos ke DPR. Namun Berkarya memiliki hitung-hitungan tersendiri dan yakin meraih 80 kursi di DPR.

“Setelah dikalkulasi dan dihitung cermat, kami optimis bisa mendapat 57-80 kursi DPR-RI. Partai Berkarya siap diberi mandat rakyat untuk memimpin perolehan di parlemen,” tutur Priyo. (mb/detik)

Pos terkait