Viral Bomber Gereja di Surabaya Masih Hidup, Polisi: Hoax

Metrobatam, Surabaya – Viral di media sosial bahwa Dita Oepriarto, pelaku bom gereja di Surabaya, masih hidup. Polisi menegaskan bahwa viral itu hoax.

“Tidak benar, hoax itu,” tegas Kabid Humas Polda Jatim Frans Barung Mangera saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (15/5).

Menurut Barung, viral itu tidak benar karena polisi sudah mengantongi hasil DNA dan data ontologi dari gigi pelaku. Jika sudah siap, hasil ini nantinya juga akan disampaikan Barung kepada masyarakat.

“Hasil DNA dan data gigi pelaku sudah kami kantongi dan nanti besok akan kami rilis jika sudah siap,”ujarnya.

Bacaan Lainnya

Dalam unggahan di media sosial yang viral tersebut, terlihat foto seorang pria disandingkan dengan foto Dita. Terdapat satu foto lagi yang menggambarkan bahwa pria mirip Dita tersebut sedang diamankan polisi di depan Polrestabes Surabaya.

Tak Pernah Dapat Akses Masuk Rumah

Keluarga bomber tiga gereja di Surabaya dikenal sebagai enterpreneur yang memiliki usaha pembuatan minyak kemiri. Untuk menunjang produksi, keluarga ini mempekerjakan seorang karyawan.

“Punya satu karyawan, namanya Rifai. Dia juga nggak menyangka mereka melakukan pengeboman,” kata Lurah Wonorejo Etti Minarti kepada detikcom, Selasa (15/5).

Etti mengungkapkan, meski bekerja di rumah Dita Oepriarto, Rifai tak pernah diizinkan masuk ke dalam rumah sehingga Rifai tak mengetahui aktivitas yang ada di dalam rumah yang beralamatkan di Wisma Asri K/22 Wonorejo Asri, Rungkut, Surabaya tersebut.

“Rifai ini mengolah bahan-bahan untuk pembuatan minyak kemiri. Dia mengambil bahan baku di rumah Pak Dita lalu diolah sendiri di rumahnya. Kalau sudah selesai disetorkan. Selama ini ia tak pernah masuk ke dalam rumah, hanya di teras,” terangnya.

Namun ketika ditanya berapa usia Rifai, Etti mengaku tak begitu tahu. “Pak Rifai orang blok sebelah. Sudah punya keluarga,” jawabnya.

Keluarga Dita tinggal di Wisma Asri sejak tujuh tahun lalu. Selama ini mereka hidup normal dan berkecukupan. Keluarga ini tampak bahagia. “Normal-normal saja, kalau ketemu ya supel. Aktif jamaah di musala,” terangnya.

Ditambahkan Etti, keluarga Dita juga sering pergi keluar kota namun warga tak ada yang tahu kemana tujuan mereka. “Sering keluar, tapi nggak tahu ya kalau ke Suriah,” ungkapnya.

Satpam perumahan, Yanto, mengungkapkan hal senada. Secara kebetulan di hari di mana keluarga ini akan melakukan bom bunuh diri, ia berjaga di posnya.

“Pagi hari (sebelum beraksi, red) mereka brangkat bersama pakai mobil. Kebetulan saya yang jaga,” terangnya.

Namun Yanto tak pernah menyangka jika pagi itu keluarga ini akan melakukan pengeboman.

Diberitakan sebelumnya, Dita Oepriarto melakukan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Minggu (13/5). Istrinya, Puji Kuswati bersama anaknya FS dan FR di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Jalan Diponegoro.

Sedangkan anak Dita yang lain, YF dan FH di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel. Dalam peristiwa di 3 gereja itu menyebabkan 18 orang tewas dan 43 orang mengalami luka-luka. (mb/detik/cnn indonesia)

Pos terkait