Wacana Pemakzulan Trump Mulai Merambah ke Partainya Sendiri

Metrobatam, Jakarta – Wacana pemakzulan Donald Trump kini mulai muncul di tubuh partainya sendiri, Republik. Keraguan terhadap kepemimpinan Sang Presiden timbul menyusul laporan yang menyebutnya sempat meminta eks Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) menghentikan penyelidikan soal hubungan mantan penasihat keamanan presiden dengan Rusia.

Anggota Kongres dari Partai Republik, Justin Amash, mengatakan pemakzulan layak dilakukan jika Trump benar-benar kedapatan menekan eks Direktur James Comey untuk menghentikan penyelidikan terkait komunikasi antara Michael Flynn dan Duta Besar Rusia untuk AS itu.

Senada dengan Amash, Carlos Curbelo, Perwakilan Partai Republik, menganggap Trump layak digulingkan jika benar-benar terbukti ingin menghalangi penegakan hukum. Dia membandingkan hal ini dengan upaya menghalangi proses peradilan yang berujung pada pemakzulan Presiden Bill Clinton dan Richard Nixon–yang lebih dulu mengundurkan diri.

“Tindakan menghalangi proses hukum dalam kasus Nixon dan Clinton di akhir 1990-an telah dianggap sebagai pelanggaran yang layak pemakzulan,” kata Curbelo, Jumat (19/5).

Bacaan Lainnya

Curbelo dan Amash memang kerap mengkritik kebijakan dan tindakan Trump selama menjabat di Gedung Putih. Kedua anggota Kongres tersebut bahkan tidak memilih kandidat partainya itu pada pemilu November lalu.

Diberitakan The Independent, fakta bahwa politikus Republik mulai mempertimbangkan pemakzulan Trump dianggap menunjukkan besarnya pengaruh skandal yang menimpa orang nomor satu di Amerika itu terhadap perpolitikan Gedung Putih yang dinilai kian kacau.

Wacana ini sebenarnya sudah muncul sejak beberapa waktu lalu. Namun, Al Green, perwakilan Partai Demokrat dari Texas, menjadi anggota Kongres pertama yang secara resmi mengajukan tuntutan pemakzulan Trump di rapat Dewan Perwakilan, Rabu (17/5).

“Ini soal posisi saya. Ini soal kepercayaan saya. Ini soal sikap saya. Saya akan bergeming. Presiden harus dimakzulkan,” kata Green dalam rapat.

Dugaan ikut campur Trump dalam penyelidikan FBI mencuat setelah ia memecat Comey, Selasa (9/5), karena dianggap tidak bisa memimpin badan investigasi tiu secara efektif. Trump dilaporkan mengambil keputusan ini setelah mempertimbangkan rekomendasi dari Jaksa Agung Jeff Sessions.

Berdasarkan laporan New York Times, Comey sempat menulis memo berisikan pengakuan bahwa, “Presiden Trump mengatakan kepada saya, ‘Saya harap Anda dapat melihat jalan secara jelas untuk melepaskan [kasus] ini, membiarkan Flynn pergi’,”

Keberadaan memo yang diyakini ditulis sendiri oleh Comey itu dianggap menunjukkan niat Trump untuk mempengaruhi penyelidikan hukum terhadap rekan-rekannya dan Rusia. Sebab, sejumlah penyelidikan besar juga sedang berjalan untuk mengusut kebenaran kemungkinan kolusi antara Rusia dan tim kampanye Trump seiring dengan berlangsungnya penyelidikan Flynn.

Selain berkomunikasi dengan Dubes Rusia untuk AS Sergei Kislyak, Flynn juga dilaporkan mendapat bayaran sebesar US$68 ribu dari sejumlah perusahaan Rusia pada 2015 lalu.

Flynn mundur dari kabinet Trump pada Januari lalu setelah kedapatan berbohong kepada Wakil Presiden Mike Pence mengenai pertemuan dan percakapannya dengan Kislyak. Sejumlah media melaporkan, memo Comey itu ditulis setelah dirinya bertemu dengan Trump yang berlangsung sehari setelah pengunduran diri Flynn.(mb/cnn indonesia)

Pos terkait