WNI Kembali Diculik, DPR Sebut Kerja Sama 3 Negara Cuma Retorika

Metrobatam, Jakarta – Nelayan asal Indonesia lagi-lagi diculik di perairan Malaysia diduga oleh kelompok bersenjata. Anggota komisi I DPR Charles Honoris mengkritisi masalah ini sebagai bukti kerja sama tiga negara soal pengamanan wilayah perairan belum terealisasi.

“Pemerintah tiga negara, Indonesia, Malaysia dan Filipina melalui beberapa pertemuan tingkat tinggi sepakat untuk mengamankan titik-titik rawan di kawasan dari perompakan dan pembajakan. Namun sampai detik ini kesepakatan tersebut baru retorika belaka dan ajang foto-foto saja,” ucap Charles Honoris dalam keterangan tertulis, Minggu (7/8).

Menurutnya, belum ada realisasi kerja sama antar 3 negara baik di tingkat menteri pertahanan maupun panglima tentara, karena katanya terhambat hal-hal teknis. “Ini sudah tidak bisa ditolerir lagi,” ujarnya merespons WNI yang kembali diculik.

Kesepakatan Indonesia, Malaysia dan Filipina untuk melakukan patroli bersama, intelligence sharing dan bantuan darurat harus segera direalisasikan. Hal ini untuk mejaminan keamanan di kawasan terhadap ancaman terorisme, dan perampokan bersenjata.

Bacaan Lainnya

“Pola-pola lain seperti model eyes in the sky (kerjasama Indonesia, Malaysia dan Singapura) di Selat Malaka yang berhasil menekan angka perompakan dalam beberapa tahun terakhir juga bisa ditiru,’ tutur politisi PDIP itu.

Selain itu, Indonesia dan komunitas internasional harus menekan Filipina sebagai negara yang sudah 20 tahun lebih telah meratifikasi International Convention Against The Taking Of Hostages untuk berbuat lebih lagi dalam upaya mencegah dan menangani kasus-kasus penculikan dan penyanderaan di wilayah teritorialnya.

Teror SMS
Dalam beberapa tahun terakhir tercatat ada ratusan penculikan dan penyanderaan oleh kelompok kriminal yang berbasis di Filipina Selatan.

“Saya belum lama mendampingi Ibu Dian Mega dan 5 orang lainnya yang merupakan anggota keluarga WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayaf untuk berdialog dengan pihak Kemlu. Sudah 48 hari keluarga menunggu kepulangan korban dengan penuh kecemasan,” kata Charles.

“Belum lagi teror melalui SMS dan telepon ke pihak keluarga dari para penyandera. Publik tentu nya berharap tidak ada lagi keluarga-keluarga lainnya yang harus mengalami musibah seperti keluarga 10 WNI yang disandera Abu Sayaf. Kasus-kasus penyanderaan WNI harus segera berhenti,” imbuhnya.

Sebelumnya, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Lalu Muhammad Iqbal membenarkan ada seorang WNI yang diculik pada Jumat (5/9) lalu. Namun pihaknya masih mencari tahu informasi detail terkait masalah tersebut.

“Kemlu membenarkan kejadian tersebut yang menimpa seorang WNI kapten kapal penangkap udang berbendera Malaysia dan kejadian di wilayah Malaysia. Kemlu sudah mengetahui kejadian tersebut sejak tanggal 5 Agustus,” ucap Iqbal.

“Hingga saat ini KBRI Kuala Lumpur, KJRI Kota Kinabalu, KRI Tawau dan KJRI Davao masih melakukan verifikasi kepada berbagai pihak di Malaysia dan Filipina, karena sejumlah informasi yang diterima dari pihak-pihak terkait masih terdapat sejumlah perbedaan. Kami akan sampaikan lebih detailnya setelah semua informasi terverifikasi,” imbuhnya.(mb/detik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *